Meskipun bumi menyediakan banyak air, namun seringkali terjadi kekurangan air sebagaimana dihadapi oleh semua bangsa di dunia. Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air disebabkan oleh tiga faktor yaitu:
1) kebutuhan yang terus meningkat (rising demand),
2) distribusi air tawar yang tidak merata (unequal distribution), dan
3) pencemaran air yang semakin meningkat (increasing pollution).
Sedangkan WBCSD (2005) mengidentifikasi empat penyebab kekurangan air yaitu:
1) pengambilan air permukaan yang berlebihan,
2) pengambilan air bawah tanah yang berlebihan,
3) polusi air, dan
4) pemakaian air yang tidak efisien. Kebutuhan air yang terus meningkat disebabkan antara lain oleh peningkatan populasi, pertumbuhan industri, dan peningkatan pertanian (Chiras, 2009, pg. 247).
Bahkan di Swiss dan Eropa saat ini permintaan air tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, dan rumah tangga saja tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan rekreasi, pembuatan salju artificial untuk kegiatan ski es, dan sebagainya (SNCF, 2008). Kebutuhan dan persediaan air telah menjadi perhatian negara-negara di seluruh dunia, terutama jika persediaan air tidak dapat memenuhi kebutuhan. Bahkan diperkirakan perang antar negara-negara di dunia di masa mendatang tidak untuk memperebutkan sumber daya minyak atau batas negara tetapi untuk memperebutkan akses ke sumber daya air bersih (Ghali 2005 dalam Samuel U. Ukata et.al. 2011).
Pada dasarnya air merupakan sumber daya terbarukan, yang secara alami didaur ulang melalui siklus hidrologi. Namun sayangnya dalam proses pengembalian ke bumi seringkali air tidak dapat terdistribusi merata akibat kekurangan hujan di daerah-daerah tertentu (Chiras, 2009; Xing, Ma; et.al., 2008). Kurang dari 10 negara memiliki 60% dari persediaan air bersih seluruh dunia yaitu Brazil, Russia, China, Canada, Indonesia, U.S., India, Columbia dan Republik Demokratik Congo dan 40% sisanya tersebar di negara-negara lain (WBCSD, 2005).
Persebaran persediaan air yang tidak merata yang diperburuk dengan adanya perubahan iklim, banjir, kekeringan, dan kecepatan pemakaian air yang lebih cepat daripada kecepatan penyediaan kembali air oleh siklus hidrologi menyebabkan lebih dari separuh bangsa-bangsa di dunia menderita kekurangan air (U.S. Geological Survey dalam wellcare® info on Water Conservation 2003; WBCSD, 2005; Chiras, 2009, pg. 247).
Polusi air adalah perubahan fisik dan kimia air yang mempengaruhi organism. Polusi air di negara berkembang lebih banyak disebabkan oleh kotoran manusia dan binatang, organism pathogen dari kotoran, pestisida, limbah kegiatan pertanian dan penebangan kayu. Sedangkan di negara maju polusi air lebih banyak diakibatkan oleh gaya hidup dan kegiatan industri yang menghasilkan limbah bahan kimia beracun (Chiras, 2009, pg. 464).
Pada aras rumah tangga polusi air dapat disebabkan oleh septic system yang sudah tua, bocor dan kelebihan muatan yang dapat menimbulkan kontaminasi nutrient dan bakteri di dekat sumur atau sumber air (wellcare® info on Water Conservation, 2003). Meningkatnya polusi air menimbulkan dampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (Anderson et.al., 2007) dan bahkan dapat mengancam kehidupan manusia, sebagaimana yang terjadi di China di mana polusi air dan udara menjadi penyebab banyak kematian (Junfeng Zhang, et.al., 2010).
Kekurangan air membawa dampak tidak hanya pada generasi sekarang namun juga pada generasi yang akan datang terutama di daerah yang rawan kekeringan. Pada dekade mendatang diperkirakan krisis air akan terus berlanjut, menjadi lebih parah, dan bahkan menimbulkan masalah lingkungan yang serius pada aras global jika tidak segera dilakukan upaya penghematan air (Callopin & Rijsberman 2000 dalam Bithas, 2008).
Bithas (2008) menyatakan masalah kekurangan air bersih akan berakibat:
a) peningkatan persaingan mengakses sumber daya air bersih,
b) memperburuk defisit air di daerah yang mengalami kekeringan,
c) degradasi ekosistem air, dan
d) penurunan kualitas sumber daya air.
Melihat seriusnya permasalahan kekurangan air, perlu diadakan kebijakan yang mengatur pemakaian sumber daya air di seluruh dunia dengan cara berkelanjutan (WFD, 2000; Kaïka, 2003 dalam Bithas 2008). Pemakaian air dengan cara berkelanjutan adalah pemakaian air untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi potensi akses terhadap air bersih oleh generasi mendatang (World Commission on Environment and Development, 1987 dalam Gleick 1998).
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Barbara A.; Romani, John H.; Phillips, Heston; Wentzel, Marie; Tlabela Kholadi; 2007, Exploring environmental perceptions, behaviors and awareness: water and water pollution in South Africa, Published online: 19 April 2007, Springer Science+Business Media, LLC 2007.
Bithas, Kostas, 2008, The sustainable residential water use: Sustainability, efficiency and social equity. The European experience., Ecological Economics.
Chiras, Daniel D., 2009, Environmental Science, 8th Edition, Sudbury, Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher.
Gleick, Peter H., 1998, Water in Crisis: Paths to Sustainable Water Use, Ecological Applications, 8(3), 1998, pp. 571–579, August 1998, The Ecological Society of America.
Junfeng Zhang, Denise L Mauzerall, Tong Zhu, Song Liang, Majid Ezzati, Justin V Remais, 2010, Environmental health in China: progress towards clean air and safe water, www.thelancet.com Vol 375 March 27, 2010.
Samuel U. Ukata, Egbai O. Ohon, Eric J. Ndik*, Ewa E. Eze and Uquetan U. Ibor, 2011, Cost Analysis of Domestic Water Consumption in Calabar Metropolis, Cross River State, Nigeria, J Hum Ecol, 36(3): 199-203.
Swiss National Science Foundation (SNCF), 2008, Implementation Plan NRP 61 “Sustainable Water Management”.
Wellcare® info on Water Conservation, September 2003. www.watersystemscouncil.org.
World Business Council for Sustainable Development (2005), Facts and Trends of Water, www.wbcsd.org and www.earthprint.com.
Xing, Ma; Jianchu, Xu;Jie, Qian, 2008, Water Resource Management in a Middle Mountain Watershed: A Case Study in Xizhuang, Yunnan, China, Mountain Research and Development; Aug-Nov 2008; 28, 3/4; ProQuest Agriculture Journals, pg. 286.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/purwanti_asih_anna_levi/perang-dunia-iii-diprediksi-dipicu-masalah-kekurangan-air_5517f396813311fb689de4e6
Selanjutnya...