"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Jumat, 08 November 2013

Protein Hewani Jadi Penyebab Alergi



Beberapa protein hewani pada info seputar kuliner kali ini dituding sebagai penyebab alergi pada sebagian orang. Padahal secara umum protein penting bagi tubuh untuk proses regenerasi dan pembentukan sel, tubuh sering memberikan reaksi berlebihan terhadap beberapa jenis protein. Protein hewani paling sering memicu alergi sedangkan protein nabati seperti kedelai umumnya ditoleransi
dengan baik oleh tubuh. Alergi terjadi ketika seseorang konsumsi makanan tertentu, yang mengandung zat kimia termasuk histamin. Bahan kimia ini yang disebut sebagai penyebab utama alergi.

Gejala alergi ditandai dengan mata dan hidung berair, pembengkakan, mual, muntah hingga ruam disekitar kulit. Efek alergi akan muncul beberapa menit setelah mengkonsumsi makanan. Gejala yang lebih berat dapat saja terjadi, seperti nyeri dada, pusing, wajah pucat atau membiru, denyut nadi melemah dan kehilangan kesadaran. Pada dasarnya semua organ tubuh bisa terkena alergi termasuk susunan saraf misalnya ditandai dengan munculnya vertigo.



Agaknya kamu mesti memperhatikan dengan seksama protein hewani apa saja yang menimbulkan alergisetelah kamu konsumsi. Umumnya protein hewan laut seperti ikan penyebab paling sering dari alergi makanan. Makanan laut dapat menjadi alergen yang kuat pada beberapa orang, bahkan menyebabkan reaksi yang mengancam jiwa. Ikan laut banyak mengandung histidin yaitu bahan pembentuk histamin. Tingkat histamin yang tinggi itulah yang menjadikan ikan pemberi efek alergi lebih tinggi ketimbang ayam atau daging. 



Selain ikan keluarga crustacea seperti kepiting, lobster dan udang serta keluarga moluska seperti cumi-cumi, kerang, remis ,tiram dan kerang juga memiliki kandungan histamin yang lumayan tinggi. Biasanya penderita alergi akan mengonsumsi obat antihistamin sebelum memakan seafood. Karena hampir mustahil menghindari kelezatan makanan laut bagi penderita alergi yang kemungkinan akan berlangsung seumur hidup. Lantaran beberapa penelitian menemukan bahwa alergi sebenarnya sulit untuk disembuhkan, namun hanya dapat dikurangi reaksinya. Alternatif lain mengurangi efek alergi adalah dengan mengolah langsung seafood segar dan menghindari makanan laut dalam bentuk olahan. Jika terjadi reaksi alergi berat seperti sesak napas, tentu kamu harus membutuhkan pertolongan dokter.



Protein hewani lainnya selain makanan laut yang juga menjadi penyebab alergi adalah daging sapi dan daging ayam. Meskipun kedua jenis daging tersebut sangat jarang menjadi pemicunya. Namun kandungan alfa-galaktosa dalam daging patut diwaspadai karena senyawa itulah yang mencetus timbulnya alergi. Reaksi alergi biasanya tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen, tapi terjadi setelah terkena paparan berikutnya dan secara tiba-tiba. Alfa-galaktosa diproduksi oleh sebagian besar mamalia, tapi pada manusia dan kera besar justru memproduksi antibodi untuk gula. Masalah bisa muncul ketika tubuh seseorang memproduksi antibodi IgE pada gugus gula dan kemudian mengonsumsi daging atau produk susu yang mengandung gula, sehingga mengakibatkan adanya reaksi yang tertunda. Sementara daging ayam tidak ditemukan kasus hebat terkait alergi, biasanya kasus alergi hanya muncul pada jenis daging ayam negeri yang sering disuntik obat-obatan

Jadi, karena alergi susah disembuhkan, pilihan paling tepat adalah menghindari penyebabnya. Namun, perlu diingat protein hewani sebagai komponen gizi makro disamping enak juga mengandung bermacam nutrisi yang penting bagi perkembangan otak. Konsultasikan pada dokter ahli gizi untuk mencari protein alternatif pengganti protein hewani. Dengan demikian kamu tetap bisa mendapat asupan protein tanpa harus merasakan derita efek alergi.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar