"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Sabtu, 09 November 2013

Doktrin Protein Hewani Sebagai Menu Wajib!!

  • Pelajaran hari ini, saat sakit konsumsilah makanan yang memfasilitasi upaya tubuh menyembuhkan diri sendiri.

  • Doktrin yang selama ini berlaku menempatkan protein hewani sebagai menu makanan ‘kelas atas’ wajib santap berdasarkan banyak hal.

  • Pertama, anggapan bahwa protein hewani adalah pembangun sel, yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan saat sakit.

  • Kedua dari sisi cita rasa. Protein hewani memberi rasa ‘gurih’ yang memudahkan si sakit mengkonsumsi menu makannya lebih mudah.

  • Ketiga, sisi gengsi. “Sudah sakit kok gak dikasih makan daging? Kapan sembuhnya?” Ungkapan yang sangat sering kita dengar.

  • Itu tiga hal, diantara sekian banyak elemen, yang membuat protein hewani ditempatkan di kelas atas dalam strata unsur makanan.

  • Padahal sejatinya, tidak demikian, tubuh yang sedang sakit membutuhkan energi untuk membantu penyembuhan dalam wujud lain.

  • Energi mudah pakai yang kaya manfaat namun tidak rumit memprosesnya. Sehingga daya tahan tubuh fokus menjalankan fungsinya.

  • Makanan itu, kendati ringan, tetap harus kaya unsur yang mudah segera dimanfaatkan tubuh. Enzym, mineral, vitamin dan lainnya.

  • Protein hewani jelas sulit dimasukan dalam kategori ini. Pertama strukturnya terlalu rumit-berat untuk diproses agar berguna.

  • Protein hewani tidak serta merta mudah dimanfaatkan tubuh untuk membangun sel. Ia harus dipecah dulu agar lebih sederhana.

  • Proses itu membutuhkan energi besar, yang mengganggu alokasi untuk penyembuhan tubuh. Memperlama dan persulit waktu recovery.

  • Kedua, padu padan, umumnya protein hewani dikonsumsi dengan karbohidrat agar rasanya lebih enak dan menyangkan lebih cepat.

  • Paduan cita rasa gurih dari protein hewani - manis dari karbohidrat memang jadi padanan ideal di tingkat indera kecap manusia.

  • Sejatinya padanan itu di level sistem cerna malah berlaku sebaliknya, tidak ideal! Perbedaan pemakaian enzym cerna semisal.

  • Inefesiensi kerja enzym amilase pemecah karbohidrat saat bertemu pepsin, enzym pengurai protein, adalah salah satu wujudnya.

  • Kombinasi non ideal beratkan sistem cerna, apa yang dimakan sulit diambil gunanya, rasa kenyang yang dialami, biasanya semu.

  • Tubuh beri efek mengantuk, lelah, kembung, sebah sebagai isyarat untuk menghemat energi agar masalah pencernaan teratasi.

  • PH darah pun biasanya bergerak ke kutub acid (asam) sebagai akibat akumulatif konsep padanan salah ini. Magnet untuk penyakit.

  • Seorang kawan ceritakan pengalaman, anaknya yang sakit, kondisi berangsur membaik saat diberi minum air putih secara berkala.

  • Juga gencar memberikan buah-sayur secara benar diwaktu makan. Tapi disaat kondisi membaik, sedikit lupa beri padu padan menu.

  • Nasi dan ayam menjadi pilihan, karena nafsu makan yang membaik. Kemudian konsumsi obat seperti biasa. Apa yang terjadi?

  • Tidak lama si anak merasa mual dan perutnya tidak nyaman. Ia pun lalu memuntahkan semua yang baru saja dimakannya.

  • Sesuatu yang wajar saat saya diceritakan, tubuh menolak menerima kombinasi makanan berat karena energinya sedang dihemat.

  • Saat sakit pastikan tubuh terima asupan makan yang benar. Buah-sayur segar memberi energi cepat dan unsur vital yang dibutuhkan.

  • Air putih secara berkala juga fasilitasi penyembuhan. Karena daya tahan tubuh sangat bergantung pada ketersediaan cairan yang cukup.

  • Untuk duplikasi rasa gurih seperti protein hewani, manfaatkan teknik pengeluaran glutamat dari ragam unsur alami bahan makanan.

  • Membuat kaldu dari sayuran, umbi-umbian, cabai, atau tulang. Menumis bawang, umbi atau cabai juga bisa. Untuk campuran makanan.

  • Sayur segar bila dicampurkan ke kombinasi itu, usahakan agar enzymnya tetap ada. Semisal kaldu, dalam bentuk kuah sup, akali.

  • Jangan direbus bersamaan dalam waktu lama. Angkat panci dari kompor, biarkan kuah kaldu sedikit turun suhunya, masukan sayuran.

  • Treatment ini buat sayuran tetap miliki enzym cukup yang bisa dimanfaatkan tubuh. Bandingkan dengan treatment protein hewani.

  • Protein hewani harus dimasak sempurna berpanas tinggi agar layak dikonsumsi. Hasilnya? Makanan yang masuk tanpa keberadaan enzym.

  • Proses panjang pun rusak banyak unsur penting, vitamin dan mineral. Menyulitkan kerja sistem cerna dan tubuh untuk ambil manfaat.

  • Hal sama berlaku untuk makanan proses dan kemas. Apapun iming-iming atau zat yang difortifikasi, konsep kesegaran tetap berlaku.

  • Singkat kata. Perhatikan kesegaran dan wujud makanan yang masuk saat sakit. Fasilitasi proses penyembuhan alami tubuh.

  • Lupakan kalimat bodoh “..tidak ada hubungannya sama makanan” sebagai lanjutan “boleh makan apa saja..”. You are what you eat!

  • Dan saat telah sehat pun. Sebaiknya pola makan harian berat pada konsep yang sama. To prevent is much better than to cure!

  • Sumber

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar