"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Senin, 04 November 2013

konsumsi daging dan risiko kanker

alam daging dan produk hewani lainnya dapat meningkatkan produksi testosteron, yang kemudian meningkatkan risiko kanker prostat. Salah satu studi kasus-kontrol yang terbesar yang menunjukkan hubungan positif di antara kasus kanker prostat dengan konsumsi daging merah dilakukan di Universitas Harvard yang menganalisis hampir 15.000 dokter laki-laki dalam Studi Kesehatan Para Dokter.30 Meskipun studi ini mengutamakan analisis asam lemak plasma dan risiko kanker prostat, penulis menemukan bahwa pria yang mengonsumsi daging merah lima kali seminggu memiliki risiko 2,5 kali lebih besar bagi pertumbuhan kanker prostat dibandingkan dengan pria yang makan daging merah kurang dari sekali per minggu.

Studi kelompok tentang pola makan yang paling masuk akal mengenai pola makan dan risiko kanker prostat dilaporkan oleh profesional kesehatan yang berjumlah hampir 52 orang dalam Studi Lanjutan Para Profesional Kesehatan di Harvard, yang melengkapi kuesioner frekuensi makanan pada tahun 1986.31 Dalam 3-4 tahun masa penelitian untuk laporan tersebut, secara statistik mereka menemukan hubungan signifikan antara konsumsi daging merah yang tinggi dengan risiko kanker prostat, dimana daging merah merupakan kelompok makanan yang memiliki hubungan positif paling besar dengan kanker prostat. Penemuan dan studi lainnya mengisyaratkan bahwa pengurangan atau peniadaan daging dari pola makan dapat mengurangi risiko kanker prostat.

Kanker Lainnya

Meskipun studi yang dilakukan tidak sebesar risiko kanker payudara, usus, dan prostat, sejumlah studi menyimpulkan bahwa konsumsi daging dapat berperan signifikan dalam risiko kanker ginjal dan pankreas. Tiga dari delapan studi kasus-kontrol yang meneliti hubungan antara carcinoma sell renal dan konsumsi daging secara statistik menemukan peningkatan risiko yang signifikan dari konsumsi daging yang tinggi. Di samping itu, studi yang prospektif di Jepang menemukan bahwa orang-orang yang mengonsumsi daging setiap hari memiliki angka kematian yang lebih tinggi karena kanker ginjal daripada mereka yang jarang makan daging.

Kanker pankreas relatif jarang, tetapi sering berdampak fatal, yaitu kurang dari 20 persen kasus yang selamat selama setahun penuh. Konsumsi daging setiap hari menunjukkan hubungan peningkatan risiko kanker pankreas dalam sejumlah studi kelompok dan kasus-kontrol yang prospektif. 5 Beberapa dari studi ini mengkhususkan konsumsi daging sapi dan babi dan menyimpulkan bahwa ada risiko yang lebih tinggi terhadap kanker pankreas karena adanya konsumsi yang lebih tinggi pada makanan ini.5 Namun, konsumsi pola makan lemak, lemak jenuh, dan protein belum menunjukkan hubungan dengan risiko kanker pankreas. Penemuan ini menunjukkan bahwa metode memasak, dan mungkin HCA dan formasi PAH dalam daging yang dimasak dapat menunjukkan hubungan tersebut, begitu juga dengan beberapa data yang tidak konsisten yang menunjukkan hubungan antara daging dalam pola makan dengan karkinogenesis pankreas.

Kesimpulan

Dua kesimpulan muncul dari penelitian kanker yang dilakukan oleh berbagai pihak: sayur dan buah-buahan membantu mengurangi risiko; sedangkan daging putih, produk hewani, dan makanan berlemak lainnya meningkatkan risiko. Konsumsi pola makan lemak memicu produksi hormon yang kemudian memicu pertumbuhan sel kanker dalam organ sensitif hormon seperti payudara dan prostat. Daging tidak mengandung serat yang bersifat melindungi, antioksidan, phythochemicals, dan bernutrisi; tetapi sebaliknya mengandung lemak jenuh berkonsentrasi tinggi serta senyawa karkinogenik yang berpotensi meningkatkan risiko berbagai jenis kanker.

Pola makan vegetarian dan pola makan nabati berserat tinggi seperti padi-padian, polong-polongan, sayur-mayur, dan buah-buahan memberikan sejumlah perlindungan.5 Serat membantu kelancaran jalannya makanan melalui usus, membersihkan karkinogen secara efektif, dan serat mengubah tipe bakteri yang ada dalam usus sehingga terjadi pengurangan produksi asam empedu sekunder yang karkinogenik. Makanan nabati juga secara alami rendah lemak dan kaya antioksidan serta senyawa anti-kanker lainnya. Tidak mengherankan bila vegetarian menempati risiko kanker yang paling rendah dan secara signifikan menurunkan risiko dibandingkan dengan pemakan daging.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar