"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Jumat, 08 November 2013

Protein Nabati vs Hewani

Masa pertumbuhan paling penting adalah masa awal kelahiran bayi. Satu-satunya sumber gizi saat itu adalah air susu ibu (ASI). Protein yang terkandung dalam ASI sekitar 5%. Jadi kenyataannya kebutuhan protein manusia di saat pertumbuhan yang terpenting dapat dipenuhi oleh masukan kalori protein sebanyak 5%. Sementara itu perusahaan multinasional yang menjual makanan berprotein tinggi dan mahal seperti daging, telur, dan susu sapi membuat Anda merasa membutuhkan protein lebih banyak dari yang seharusnya.

Meningkatkan 30% kebutuhan protein Anda sama dengan meningkatkan 30% penghasilan mereka. Tidak aneh jika dengan segala cara halal maupun tidak, mereka berusaha membuat Anda percaya bahwa Anda membutuhkan protein lebih banyak lagi. 


Daging, telur, dan ikan merupakan jenis sumber protein yang ber-pH asam. Karena darah perlu dipertahankan dalam pH normal, maka masukan makanan bersifat asam akan dinetralkan oleh mineral basa. Mineral ini adalah kalsium yang akan diambil dari tulang. Jadi konsumsi protein hewani, apalagi dalam jumlah besar akan diikuti dengan pengurasan kalsium pada tulang yang mengakibatkan pengeroposan tulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar