"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Senin, 27 Oktober 2014

Usaha peternakan memberikan kontribusi signifikan terhadap pemanasan global

Freddy Pattiselanno (Mengajar mata kuliah Ilmu Lingkungan Ternak di Fakultas Peternakan Perikanan & Ilmu Perikanan UNIPA)

Ternak secara alami memerlukan lingkungan sebagai tempat tinggal, karena jauh sebelum didomestikasi hewan liar yang hidup di alam membutuhkan tempat tinggal (habitat) yang juga sekaligus menyediakan sumber pakan bagi mereka. Menurut kaidah ekologi fenomena ini merupakan hal yang wajar karena dalam kehidupannya, hewan melakukan interaksi dengan lingkungan tempat hidupnya. 

Beberapa fakta berikut menunjukkan bahwa bidang peternakan mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan aspek lingkungan ditunjukkan dengan berbagai bukti seperti berikut ini:
  • Dua pertiga ternak di dunia berada di negara-negara berkembang
  • Praktek memelihara ternak merupakan usaha peternakan berbasis (multi purposes) atau dengan tujuan beragam yang dipelihara secara ekstensif karena ternak memainkan peranan penting dalam kehidupan keluarga dan merupakan budaya dan status sosial pemeliharanya.
  • Pemanfaatan areal yang kurang sesuai untuk lahan pertanian sebagai ”grazing area” ternak merupakan hal yang umum ditemukan
  • Pengelolaan usaha merupakan kombinasi antara usaha peternakan dan tanaman pertanian/perkebunan, relatif berkelanjutan karena limbah pertanian menjadi sumber pakan ternak dan kotoran ternak menyediakan pupuk bagi tanaman, sumber energi keluarga (biogas). Kondisi ini memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi kehidupan keluarga peternak.
Kondisi ini terus berjalan dan mencapai puncaknya sehingga mempengaruhi hubungan bidang peternakan dengan lingkungan pada periode ”revolusi peternakan” sebagai akibat dari revolusi industri. Perubahan yang terjadi membawa dampak terhadap perkembangan usaha peternakan di negara-negara berkembang. Selain itu juga perkembangan penduduk dunia memacu peningkatan permintaan produk peternakan sehingga produktivitas ternak semakin dipacu untuk memenuhi permintaan produk asal ternak. Guna mengimbangi kondisi tersebut, ketersediaan pakan yang memadai juga diperlukan. Beberapa hal yang menandai terjadinya perubahan dimaksud antara lain:
  • Usaha peternakan menjadi usaha berbasis tunggal (single purpose)
  • Jumlah ternak peliharaan meningkat dengan periode pemeliharaan yang semakin singkat
  • Peningkatan kebutuhan pakan ternak dalam jumlah yang besar, sehingga peternak kecil cenderung bergantung pada pakan impor (yang lebih efisien untuk mengejar target produksi)
  • Ternak tidak lagi diumbar, tetapi diperlihara dalam kandang (karena memudahkan dalam pengontrolan penyakit dan produksi
  • Perubahan yang terjadi membawa dampak terhadap degradasi lingkungan termasuk diantaranya masalah lingkungan yang terjadi di bidang peternakan
Beberapa masalah lingkungan yang terjadi akibat dari perkembangan di bidang peternakan antara lain seperti yang disebut berikut ini:
  • Meningkatnya limbah peternakan yang mencemari lingkungan sekitar. Dalam situasi seperti ini pananganan limbah yang efisien menjadi alternatif yang perlu dilakukan.
  • Terjadi peningkatan kadar nitrogen dan fosfor asal kotoran ternak di lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi dan kualitas lingkungan
  • Usaha peternakan menjadi sumber lalat dan bau yang merupakan sumber polusi lingkungan yang berbahaya
  • Berkembangnya berbagai jenis penyakit zoonosis yang mudah menular melalui kondisi lingkungan yang kurang mendukung

Berkaitan dengan isu pemanasan global akhir-akhir ini, muncul pernyataan yang mencengangkan dunia peternakan karena menurut perkiraan produksi daging menyebabkan 80% pemanasan global. Dengan demikian bagaimana produksi daging dapat memicu terjadinya pemanasan global? Benarkah mengurangi jumlah industri peternakan dengan mengurangi konsumsi daging adalah cara yang paling efektif untuk memangkas emisi gas rumah kaca?

Mengenal sumber polusi dalam usaha peternakan
1. Sumber polusi
Usaha peternakan sering dituding sebagai sumber pencemaran lingkungan. Hal ini berkaitan dengan limbah yang dihasilkan yang secara rinci ditunjukan dalam Tabel berikut
2. Gas yang dihasilkan dari usaha peternakan
Limbah peternakan menghasilkan gas-gas yang cepat menguap dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Menurut Harsanto (1993) yang dikutip oleh Haryanto (1997), beberapa jenis gas yang dihasiklkan antara lain CO, CO2, CH4, NO2, NO, NH3, H2S, SO, SO2 yang konsentrasinya bervariasi menurut jumlah dan species ternaknya. Beberapa hasil penelitian terhadap konsentrasi gas-gas antara lain:
1. Limbah Sapi PO misalnya menghasilkan gas-gas antara lain: CH4 50-70%; CO2 25-45%; O2 0,5-3%; N2O 1%; CO 0,1-1% dan H2S 1.000-2.000 ppm
2. Kotoran ayam basah terdiri dari 68,3% air; 1,4% N; 0,7% P2O5 dan 0,1% K2O
3. Kotoran ayam kering terdiri dari 9,5% air; 4,2% N; 3,04% P2O5 dan 1,4% K2O

Kontribusi usaha peternakan terhadap pemanasan global
Efek pemanasan global disebabkan oleh tiga gas yaitu methana, karbon dioksida dan nitrogen oksida. Ketiganya berasal dari peternakan besar. Dua belas persen emisi gas methana dihasilkan hanya oleh milyaran ternak yang dipelihara di seluruhdunia.Hal ini jauh lebih berbahaya, jika kita tahu bahwa satu molekul methana menyumbang efek pemanasan global 25 kali lebih besar daripada satu molekul karbon dioksida.

Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor peternakan sapi, kerbau, domba, kambing, babi, dan unggas menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 18 persen CO2. Sektor peternakan juga menghasilkan 65 persen dinitrogen oksida yang berpotensi terhadap pemanasan global yang lebih besar daripada CO2 yang sebagian besar berasal dari kotoran ternak. Tiga puluh tujuh persen dari semua metana yang dihasilkan oleh manusia juga berasal dari sektor peternakan, dimana metana mempunyai efek pemanasan 23 kali lebih kuat dari CO2. Metana memiliki dampak sekitar 25 kali CO2. Tetapi sungguh, ketika metana sudah berada di atas sana, di atmosfer dan bereaksi, ia akan mempunyai dampak 72 kali lebih besar dari CO2 dan itu mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Selain itu peternakan juga menghasilkan 64 persen amonia yang secara signifikan menghasilkan hujan asam, Emisi amonia dari peternakan mencapai angka 90% dari seluruh tinja cair. Amonia ditemukan di area tertentu, seperti di peternakan dan juga tempat penyimpanan dan produksi pupuk organik. Amonia dan Nitrogen yang dihasilkan dapat diturunkan dengan cara mengurangi jumlah ternak, mengubah makanan ternak, dan mengurangi produksi tinja cair. Hal ini akan menguntungkan tak hanya secara ekologis tapi juga secara ekonomis.

Beberapa faktor yang ikut menyumbang terjadinya pemanasan global antara lain dari sektor industri peternakan khususnya produsen pakan dan industri peternakan antara lain:

1. Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak

Dalam proses pembuatan pakan ternak memerlukan proses terlebih dahulu pada saat pengolahan lahan pertanian untuk pakan ternak dapat menghasilkan gas karbon dioksida sebanyak 28 juta ton pertahunnya. Sedangkan karbon dioksida yang terlepas dari padang rumput yang terkikis menjadi gurun sebesar 100 juta ton pertahunnya. Pembukaan lahan yang di gunakan untuk peternakan menyumbang emisi 2,4 miliar ton karbon dioksida pertahunnya. Sedangkan untuk penggunaan bahan bakar fosil, peternakan menyumbang 90 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya.

2. Emisi karbon dari pencernaan hewan ternak

Dalam proses pencernaan hewan ternak khususnya ruminansia dibantu oleh bakteri metanogen. Bakteri ini menimbulkan produksi gas metan, gas metan yang di hasilkan dari pencernaan hewan ternak dalam setahun dapat mencapai 86 juta ton pertahunnya.Sedangkan metana yang terlepas dari pupuk dari kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton pertahunnya.

3. Emisi karbon dari pengangkutan serta pengolahan hasil ternak

Pada saat pengolahan daging hasil peternakan dapat menghasilkan emisi karbon sebesar puluhan juta ton pertahunnya. Sedangkan dari pengangkutan hasil ternak ke konsumen dapat menghasilkan emisi gas karbon dioksida dapat mencapai 10 juta ton pertahunnya.

Sudah saatnya kita memikirkan bersama bagaimana langkah yang tepat untuk mengurangi sumbangan sektor peternakan terhadap pemanasan global.

NB:  Bagian dari bahan ajar Ilmu Lingkungan Ternak pada Program Diploma Kesehatan Hewan FPPK UNIPA

Selanjutnya...

MEKANISME TERJADINYA PEMANASAN GLOBAL



Proses ini diawali dari cahaya tapak dari matahari sebagian dikembalikan keangkasa dan sebagian lagi diserap oleh bumi (yang mana pantulan tersebut dikembalikan lagi dalam wujud radiasi inframerah).

Radiasi matahari tadi melalui bumi melalui atmosfer, karena semakin banyak radiasi matahari tadi di lapisan atmosfer bumi,sehingga menyebabkan lubang ozon.
Kebanyakan dari radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi dan memanaskannya.

Radiasi inframerah dipancarkan oleh permukaan bumi, Radiasi inframerah yang dipancarkan kembali oleh bumi diserap oleh CO2 di atmosfer yang kemudian sebagian dipancarkan ke angkasa (a) sebagian lagi dikembalikan ke atmosfer bumi dan (b) CO2 yang kembali ke atmosfer bumi itulah yang disebut dengan pemanasan global (global warming).
Selanjutnya...

NASA: Emisi metana beperan lebih besar dalam pemanasan global

Graphic showing animals and methane emissions

Dalam sebuah penelitian terbaru, para ilmuwan Badan Administrasi Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) menyatakan bahwa dampak metana terhadap pemanasan global jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Mereka melaporkan bahwa aerosol yang dikeluarkan karbon dioksida (CO2) selama pembakaran bahan bakar fosil membuat efek pendinginan, jadi sebenarnya dapat menetralkan CO2 dalam pemanasan iklim.

Dr. Shindell salah satu ilmuwan NASA menyatakan bahwa panas yang dilepaskan oleh metana  20 - 40 persen lebih tinggi daripada yang diperkiraan sebelumnya, mengakibatkan lebih dari 100 kali potensi pemanasan CO2 secara rata-rata selama jangka 20 tahun.

Data NASA ini datang hanya beberapa hari setelah laporan terpisah dari World Watch Institut yang memperbaiki perkiraan sebelumnya dari gas rumah kaca yang dihasilkan hewan ternak. Perhitungan itu menggunakan 72 kali potensi pemanasan metana, yang secara konservatif menempatkan hewan ternak sebagai penghasil lebih dari 50% pemanasan global daripada perkiraan laporan tahun 2006 sebesar 18%. Angka ini sekarang bahkan dapat lebih tinggi lagi atas dasar temuan NASA itu.

Dalam sebuah wawancara bersama Supreme Master Television, Asisten Profesor Fisika Noam Mohr di Universitas New York, AS, menjelaskan lebih banyak mengenai peran aerosol dalam mengimbangi efek pemanasan CO2.

Noam Mohr – Asisten Profesor Fisika Noam Mohr di Universitas New York, AS, Vegan (L): Berdasarkan sejarah, semua sumber karbon dioksida juga mengeluarkan aerosol, juga menghasilkan partikel kabut yang selama ini mendinginkan Bumi. Dan Dr. James Hansen yang dipandang sebagai pencetus teori pemanasan global, ia menunjukkan bahwa dua jenis emisi ini kurang lebih saling menetralisir. Jadi pada kenyataannya, kita tidak begitu mengalami efek pemanasan karena karbon dioksida selama ini.

PEMBICARA: Para peneliti juga mencatat bahwa karena pemeliharaan ternak adalah satu-satunya sumber terbesar dari gas metana di planet ini, menjadi seorang vegan adalah cara tercepat untuk mengurangi emisi metana, seperti yang dinyatakan oleh ilmuwan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim PBB Dr. Terry Root dari Universitas Stanford, AS.

Profesor Terry Root, PhD – Ilmuwan senior Institut Woods untuk Penelitian Lingkungan, Universitas Stanford, AS (L): Kita perlu mengurangi jumlah metana yang kita hasilkan. Dan salah satu caranya adalah menjadi vegetarian. Hal itu sungguh membuat perbedaan.


Sumber : 
http://www.usatoday.com/tech/science/environment/2009-10-29-methane-global-warming_N.htm
http://www.physorg.com/news176058147.html
http://www.timesonline.co.uk/tol/news/science/earth-environment/article6895907.ece
Selanjutnya...

Minggu, 26 Oktober 2014

Sumber Terbesar Metana Adalah Peternakan

Gas metana setidaknya 23 kali lebih kuat daripada CO2 dalam rentang waktu 100 tahun, tetapi 72 kali lebih kuat daripada CO2 dalam rentang waktu 20 tahun. Satu-satunya sumber terbesar metana saat ini adalah peternakan. 

Dr. Jouni Raisanen, Anggota Panel Antar pemerintah untuk Perubahan Iklim PBB (IPCC) :
“Peternakan adalah hal penting, khususnya untuk metana. Jika ini dapat dikurangi, ini akan menjadi cara yang efisien dan murah untuk mengurangi pemanasan global. Sayangnya, keadaannya telah begitu mendesak, dan kita tersadar agak sedikit terlambat. Tetapi ini benar-benar merupakan sebuah isu yang memerlukan upaya besar manusia dan tidak ditunda-tunda lagi." 

Dr. James Hansen, Direktur NASA Goddard Institute:
“Berbagai hal yang dilakukan individu dapat membantu. Dan salah satu yang paling membantu adalah diet vegetarian, yang menghasilkan gas rumah kaca jauh lebih sedikit daripada pola makan daging. “


Sendawa Sapi Menyumbang Laju Pemanasan Global yang Semakin Cepat

Harian Telegraph, Inggris

21 Oktober 2008


Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh sendawa sapi naik lebih cepat daripada emisi-dari-manusia, demikian ungkap penelitian terbaru. Berbagai macam studi telah menganalisa pengaruh karbon dioksida yang diproduksi oleh manusia terhadap perubahan iklim.

Tetapi penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa sapi juga penghasil gas metana sama buruknya dengan manusia. Metana adalah satu gas rumah kaca yang bertahan di atmosfer lebih lama dan karena itu memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi.

Dr. Andy Thorpe, ahli ekonomi dari Universitas Portsmouth, menemukan sekawanan 200 ekor sapi dapat menghasilkan emisi gas metana tahunan rata-rata setara emisi dari mengendarai mobil keluarga sejauh lebih dari 100.000 mil (180.000 km) dengan menggunakan empat galon (21.400 liter) bahan bakar minyak.

Ia menambahkan sementara emisi karbon dioksida telah naik 31% selama 250 tahun terakhir, metana sendiri telah meningkat 149% pada periode yang sama.

Metana di atmosfer diyakini bertanggung jawab atas seperlima pemanasan global yang dialami sejak tahun 1750.

Penghasil utama ini adalah hewan ternak yang mengeluarkan metana dalam jumlah besar saat mereka mencerna makanan mereka, lalu bersendawa.

Dr Thorpe mengatakan tiga perempat emisi metana hewan berasal dari negara berkembang karena meningkatnya kemakmuran di negara-negara itu dan “adanya permintaan hamburger” yang mendorong negara-negara berkembang untuk terus menghasilkan daging.

Ia menambahkan, “Dengan kondisi seperti itu, emisi metana di negara-negara berkembang kemungkinan akan meningkat.”

Penelitian itu, yang dirilis di jurnal Perubahan Iklim, kemungkinan akan menghidupkan kembali debat mengenai apakah memakan lebih sedikit daging dapat membantu mengatasi perubahan iklim – seperti yang direkomendasikan baru-baru ini oleh PBB.

Penelitian ini juga menjadi bahan masukan bagi rencana pemerintah Inggris untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 80% pada tahun 2050, termasuk di sini sektor peternakan.

Sumber: http://seputarinfovegetarian.blogspot.com/2012/02/sumber-terbesar-metana-adalah.html
Selanjutnya...

Metana - Lebih Berbahaya daripada CO2



Ketika para pemimpin dunia berusaha mengimplementasikan solusi dalam memerangi perubahan iklim, efeknya terus meningkat dan lebih intensif dengan sering terjadinya badai, banjir, kekeringan, hawa panas, angin ribut, dan yang lainnya.

Informasi terakhir yang paling hangat membuktikan bahwa gas metana mempunyai efek pemanasan 25 kali lebih kuat dalam menyebabkan pemanasan global dibandingkan CO2. Perhitungan ini berdasarkan rata-rata dari efek pemanasan metana selama 100 tahun. Akan tetapi, setelah 1 dekade, gas metana sulit dilacak dan hampir menghilang setelah 20 tahun, dengan demikian secara dramatis akan menghabiskan rata-rata 1 abad untuk mengurangi dampaknya. Dan karena kita tidak mempunyai waktu 100 tahun untuk mengurangi efek gas rumah kaca kita maka perhitungan terbaru menunjukkan bahwa selama periode 20 tahun efek pemanasan metana menjadi 72 kali lebih kuat.

Emisi gas metana berasal dari alam seperti lautan, lapisan es permanen, tanah-tanah yang gembur, serta berasal dari aktivitas manusia. Metana yang dihasilkan akibat aktivitas manusia merupakan salah satu penyumbang metana yang terbesar yang khususnya berasal dari pembakaran tanaman organik (pembakaran tumbuhan untuk membuka lahan dan pemanfaatan lahan) serta industri peternakan. Metana dari sektor industri pertambangan batu bara, kilang minyak, dan kebocoran saluran pipa gas dapat diminimalkan melalui perubahan dan kemajuan teknologi. Akan tetapi metana dari industri peternakan merupakan penyumbang emisi terburuk dan terbesar dari aktivitas manusia. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Kirk Smith, Profesor Kesehatan Lingkungan Global di Universitas Kalifornia, Berkley, “Kita semua terlibat sebagai kontributor, kita semua yang memakan daging dan meminum susu harus mengakui hal ini." Untunglah, mengurangi tingkat gas metana adalah sesuatu yang dapat kita kendalikan sekarang dengan cara mengurangi konsumsi daging dan produk-produk yang terbuat dari susu. Professor Smith memverifikasi kembali dan menyatakan: "Perbaikan yang paling cepat adalah mengurangi konsumsi daging."

Akhir-akhir ini, pemerintah di seluruh dunia lebih fokus dalam kebijakan untuk mengurangi emisi CO2; akan tetapi, informasi terakhir mengenai metana harus membuat pemerintah lebih fokus terhadap kebijakan untuk mengurangi metana. Dr. Smith menambahkan, “Metana merupakan gas kedua dalam efek rumah kaca, akan tetapi gas ini menjadi ancaman yang paling berbahaya." Dia menjelaskannya sebagai gas tersembunyi yang berbahaya; yang bukan hanya menambah efek rumah kaca tetapi juga membuat rusaknya ozon yang dapat merusak kesehatan manusia. Apabila gas metana tingkat tinggi mengurangi kadar oksigen di dalam atmosfer di bawah 19,5% maka akan menyebabkan sesak nafas. Kadar yang bertambah juga dapat menyebabkan kebakaran tingkat tinggi dan ledakan apabila bercampur dengan udara.

Dr. Kirk Smith percaya bahwa para ahli iklim harus lebih menitikberatkan terhadap akibat yang menakutkan dari metana. “Tentu saja kita harus berhadapan dengan CO2, tetapi apabila kita ingin mendapatkan hasil untuk mengatasi iklim dalam 20 tahun ke depan, kita harus memulainya dengan gas rumah kaca yang mempunyai siklus lebih pendek dan terpenting, yaitu metana." Penduduk dunia harus menaruh perhatian terhadap saran ini dan melaksanakan pengurangan metana sebagai prioritas yang paling utama dengan beralih ke pola makan tanpa daging di garis depan sebagai strategi untuk mengurangi semua gas rumah kaca. Dr.Smith menambahkan, “Satu-satunya sumber metana yang terbesar yang disebabkan oleh manusia adalah peternakan."  Mengurangi tingkat metana secara global juga dapat memperpanjang waktu kita untuk transisi ke penerapan energi berkelanjutan.

Singkatnya, para ahli sekarang memberitahu kita bahwa metana mempunyai efek pemanasan beberapa kali lebih kuat dalam menyebabkan pemanasan di planet ini dibandingkan dengan CO2 dan kita harus segera mengurangi emisi metana kita secara drastis demi kepentingan bumi dan seluruh penghuninya. Cara yang paling cepat dan efektif untuk menguranginya adalah dengan menjalani pola makan non-hewani atau vegan. Dan ini dapat dilakukan oleh semua orang. 

Selanjutnya...