Freddy Pattiselanno (Mengajar mata kuliah Ilmu Lingkungan Ternak di Fakultas Peternakan Perikanan & Ilmu Perikanan UNIPA)
Ternak secara alami memerlukan lingkungan sebagai tempat tinggal, karena jauh sebelum didomestikasi hewan liar yang hidup di alam membutuhkan tempat tinggal (habitat) yang juga sekaligus menyediakan sumber pakan bagi mereka. Menurut kaidah ekologi fenomena ini merupakan hal yang wajar karena dalam kehidupannya, hewan melakukan interaksi dengan lingkungan tempat hidupnya.
Beberapa fakta berikut menunjukkan bahwa bidang peternakan mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan aspek lingkungan ditunjukkan dengan berbagai bukti seperti berikut ini:
- Dua pertiga ternak di dunia berada di negara-negara berkembang
- Praktek memelihara ternak merupakan usaha peternakan berbasis (multi purposes) atau dengan tujuan beragam yang dipelihara secara ekstensif karena ternak memainkan peranan penting dalam kehidupan keluarga dan merupakan budaya dan status sosial pemeliharanya.
- Pemanfaatan areal yang kurang sesuai untuk lahan pertanian sebagai ”grazing area” ternak merupakan hal yang umum ditemukan
- Pengelolaan usaha merupakan kombinasi antara usaha peternakan dan tanaman pertanian/perkebunan, relatif berkelanjutan karena limbah pertanian menjadi sumber pakan ternak dan kotoran ternak menyediakan pupuk bagi tanaman, sumber energi keluarga (biogas). Kondisi ini memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi kehidupan keluarga peternak.
Kondisi ini terus berjalan dan mencapai puncaknya sehingga mempengaruhi hubungan bidang peternakan dengan lingkungan pada periode ”revolusi peternakan” sebagai akibat dari revolusi industri. Perubahan yang terjadi membawa dampak terhadap perkembangan usaha peternakan di negara-negara berkembang. Selain itu juga perkembangan penduduk dunia memacu peningkatan permintaan produk peternakan sehingga produktivitas ternak semakin dipacu untuk memenuhi permintaan produk asal ternak. Guna mengimbangi kondisi tersebut, ketersediaan pakan yang memadai juga diperlukan. Beberapa hal yang menandai terjadinya perubahan dimaksud antara lain:
- Usaha peternakan menjadi usaha berbasis tunggal (single purpose)
- Jumlah ternak peliharaan meningkat dengan periode pemeliharaan yang semakin singkat
- Peningkatan kebutuhan pakan ternak dalam jumlah yang besar, sehingga peternak kecil cenderung bergantung pada pakan impor (yang lebih efisien untuk mengejar target produksi)
- Ternak tidak lagi diumbar, tetapi diperlihara dalam kandang (karena memudahkan dalam pengontrolan penyakit dan produksi
- Perubahan yang terjadi membawa dampak terhadap degradasi lingkungan termasuk diantaranya masalah lingkungan yang terjadi di bidang peternakan
Beberapa masalah lingkungan yang terjadi akibat dari perkembangan di bidang peternakan antara lain seperti yang disebut berikut ini:
- Meningkatnya limbah peternakan yang mencemari lingkungan sekitar. Dalam situasi seperti ini pananganan limbah yang efisien menjadi alternatif yang perlu dilakukan.
- Terjadi peningkatan kadar nitrogen dan fosfor asal kotoran ternak di lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi dan kualitas lingkungan
- Usaha peternakan menjadi sumber lalat dan bau yang merupakan sumber polusi lingkungan yang berbahaya
- Berkembangnya berbagai jenis penyakit zoonosis yang mudah menular melalui kondisi lingkungan yang kurang mendukung
Berkaitan dengan isu pemanasan global akhir-akhir ini, muncul pernyataan yang mencengangkan dunia peternakan karena menurut perkiraan produksi daging menyebabkan 80% pemanasan global. Dengan demikian bagaimana produksi daging dapat memicu terjadinya pemanasan global? Benarkah mengurangi jumlah industri peternakan dengan mengurangi konsumsi daging adalah cara yang paling efektif untuk memangkas emisi gas rumah kaca?
Mengenal sumber polusi dalam usaha peternakan
1. Sumber polusi
Usaha peternakan sering dituding sebagai sumber pencemaran lingkungan. Hal ini berkaitan dengan limbah yang dihasilkan yang secara rinci ditunjukan dalam Tabel berikut
Usaha peternakan sering dituding sebagai sumber pencemaran lingkungan. Hal ini berkaitan dengan limbah yang dihasilkan yang secara rinci ditunjukan dalam Tabel berikut
2. Gas yang dihasilkan dari usaha peternakan
Limbah peternakan menghasilkan gas-gas yang cepat menguap dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Menurut Harsanto (1993) yang dikutip oleh Haryanto (1997), beberapa jenis gas yang dihasiklkan antara lain CO, CO2, CH4, NO2, NO, NH3, H2S, SO, SO2 yang konsentrasinya bervariasi menurut jumlah dan species ternaknya. Beberapa hasil penelitian terhadap konsentrasi gas-gas antara lain:
1. Limbah Sapi PO misalnya menghasilkan gas-gas antara lain: CH4 50-70%; CO2 25-45%; O2 0,5-3%; N2O 1%; CO 0,1-1% dan H2S 1.000-2.000 ppm
2. Kotoran ayam basah terdiri dari 68,3% air; 1,4% N; 0,7% P2O5 dan 0,1% K2O
3. Kotoran ayam kering terdiri dari 9,5% air; 4,2% N; 3,04% P2O5 dan 1,4% K2O
Limbah peternakan menghasilkan gas-gas yang cepat menguap dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Menurut Harsanto (1993) yang dikutip oleh Haryanto (1997), beberapa jenis gas yang dihasiklkan antara lain CO, CO2, CH4, NO2, NO, NH3, H2S, SO, SO2 yang konsentrasinya bervariasi menurut jumlah dan species ternaknya. Beberapa hasil penelitian terhadap konsentrasi gas-gas antara lain:
1. Limbah Sapi PO misalnya menghasilkan gas-gas antara lain: CH4 50-70%; CO2 25-45%; O2 0,5-3%; N2O 1%; CO 0,1-1% dan H2S 1.000-2.000 ppm
2. Kotoran ayam basah terdiri dari 68,3% air; 1,4% N; 0,7% P2O5 dan 0,1% K2O
3. Kotoran ayam kering terdiri dari 9,5% air; 4,2% N; 3,04% P2O5 dan 1,4% K2O
Kontribusi usaha peternakan terhadap pemanasan global
Efek pemanasan global disebabkan oleh tiga gas yaitu methana, karbon dioksida dan nitrogen oksida. Ketiganya berasal dari peternakan besar. Dua belas persen emisi gas methana dihasilkan hanya oleh milyaran ternak yang dipelihara di seluruhdunia.Hal ini jauh lebih berbahaya, jika kita tahu bahwa satu molekul methana menyumbang efek pemanasan global 25 kali lebih besar daripada satu molekul karbon dioksida.
Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor peternakan sapi, kerbau, domba, kambing, babi, dan unggas menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 18 persen CO2. Sektor peternakan juga menghasilkan 65 persen dinitrogen oksida yang berpotensi terhadap pemanasan global yang lebih besar daripada CO2 yang sebagian besar berasal dari kotoran ternak. Tiga puluh tujuh persen dari semua metana yang dihasilkan oleh manusia juga berasal dari sektor peternakan, dimana metana mempunyai efek pemanasan 23 kali lebih kuat dari CO2. Metana memiliki dampak sekitar 25 kali CO2. Tetapi sungguh, ketika metana sudah berada di atas sana, di atmosfer dan bereaksi, ia akan mempunyai dampak 72 kali lebih besar dari CO2 dan itu mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Selain itu peternakan juga menghasilkan 64 persen amonia yang secara signifikan menghasilkan hujan asam, Emisi amonia dari peternakan mencapai angka 90% dari seluruh tinja cair. Amonia ditemukan di area tertentu, seperti di peternakan dan juga tempat penyimpanan dan produksi pupuk organik. Amonia dan Nitrogen yang dihasilkan dapat diturunkan dengan cara mengurangi jumlah ternak, mengubah makanan ternak, dan mengurangi produksi tinja cair. Hal ini akan menguntungkan tak hanya secara ekologis tapi juga secara ekonomis.
Beberapa faktor yang ikut menyumbang terjadinya pemanasan global antara lain dari sektor industri peternakan khususnya produsen pakan dan industri peternakan antara lain:
1. Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak
Dalam proses pembuatan pakan ternak memerlukan proses terlebih dahulu pada saat pengolahan lahan pertanian untuk pakan ternak dapat menghasilkan gas karbon dioksida sebanyak 28 juta ton pertahunnya. Sedangkan karbon dioksida yang terlepas dari padang rumput yang terkikis menjadi gurun sebesar 100 juta ton pertahunnya. Pembukaan lahan yang di gunakan untuk peternakan menyumbang emisi 2,4 miliar ton karbon dioksida pertahunnya. Sedangkan untuk penggunaan bahan bakar fosil, peternakan menyumbang 90 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya.
2. Emisi karbon dari pencernaan hewan ternak
Dalam proses pencernaan hewan ternak khususnya ruminansia dibantu oleh bakteri metanogen. Bakteri ini menimbulkan produksi gas metan, gas metan yang di hasilkan dari pencernaan hewan ternak dalam setahun dapat mencapai 86 juta ton pertahunnya.Sedangkan metana yang terlepas dari pupuk dari kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton pertahunnya.
3. Emisi karbon dari pengangkutan serta pengolahan hasil ternak
Pada saat pengolahan daging hasil peternakan dapat menghasilkan emisi karbon sebesar puluhan juta ton pertahunnya. Sedangkan dari pengangkutan hasil ternak ke konsumen dapat menghasilkan emisi gas karbon dioksida dapat mencapai 10 juta ton pertahunnya.
1. Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak
Dalam proses pembuatan pakan ternak memerlukan proses terlebih dahulu pada saat pengolahan lahan pertanian untuk pakan ternak dapat menghasilkan gas karbon dioksida sebanyak 28 juta ton pertahunnya. Sedangkan karbon dioksida yang terlepas dari padang rumput yang terkikis menjadi gurun sebesar 100 juta ton pertahunnya. Pembukaan lahan yang di gunakan untuk peternakan menyumbang emisi 2,4 miliar ton karbon dioksida pertahunnya. Sedangkan untuk penggunaan bahan bakar fosil, peternakan menyumbang 90 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya.
2. Emisi karbon dari pencernaan hewan ternak
Dalam proses pencernaan hewan ternak khususnya ruminansia dibantu oleh bakteri metanogen. Bakteri ini menimbulkan produksi gas metan, gas metan yang di hasilkan dari pencernaan hewan ternak dalam setahun dapat mencapai 86 juta ton pertahunnya.Sedangkan metana yang terlepas dari pupuk dari kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton pertahunnya.
3. Emisi karbon dari pengangkutan serta pengolahan hasil ternak
Pada saat pengolahan daging hasil peternakan dapat menghasilkan emisi karbon sebesar puluhan juta ton pertahunnya. Sedangkan dari pengangkutan hasil ternak ke konsumen dapat menghasilkan emisi gas karbon dioksida dapat mencapai 10 juta ton pertahunnya.
Sudah saatnya kita memikirkan bersama bagaimana langkah yang tepat untuk mengurangi sumbangan sektor peternakan terhadap pemanasan global.
NB: Bagian dari bahan ajar Ilmu Lingkungan Ternak pada Program Diploma Kesehatan Hewan FPPK UNIPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar