"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Rabu, 29 Oktober 2014

Hubungan Produksi dan Konsumsi Daging terhadap Pemanasan Global

Hasil gambar untuk sapi

Produksi daging menyebabkan 80% pemanasan global. Angka tersebut sungguh membuat kita tercengang-cengang dan tak habis pikir. Apa kaitannya sehingga produksi daging berperan besar terhadap pemanasan global? Benarkah mengurangi jumlah industri peternakan dengan mengurangi konsumsi daging adalah cara yang paling efektif untuk memangkas emisi gas rumah kaca? Tentunya kedua pertanyaan ini menjadi kontroversi.

Pemanasan global merupakan sesuatu yang sedang ramai dibicarakan dan mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita karena kita sudah sangat sering mendengarnya di berbagai media baik itu dari media elektronik maupun media cetak. Tapi menghubungkannya dengan produksi dan konsumsi daging, mungkin saja banyak masyarakat yang tak pernah menduganya.

Pada dasarnya angkutan dan industri sering dituding bertanggungjawab terhadap efek pemanasan global. Selain oleh penyebab lain, efek pemanasan global disebabkan oleh tiga gas yaitu methana, karbon dioksida dan nitrogen oksida. Ketiganya berasal dari peternakan besar.

Dua belas persen emisi gas methana dihasilkan hanya oleh milyaran ternak yang dipelihara di seluruh dunia. Hal ini jauh lebih berbahaya, jika kita tahu bahwa satu molekul methana menyumbang efek pemanasan global 25 kali lebih besar daripada satu molekul karbon dioksida.

Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor peternakan sapi, kerbau, domba, kambing, babi, dan unggas menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 18 persen CO2.

Seekor sapi rata-rata menghasilkan Nitrogen dua kali lipat dibandingkan mobil dengan katalisator yaitu sekitar 36 kilogram per tahun. Jumlah ini lebih banyak dari gabungan seluruh transportasi di seluruh dunia sehingga dengan mudah kita dapat menjadikan peternakan sebagai sebuah solusi utama dalam memerangi pemanasan global.

Sektor peternakan menghasilkan 65 persen dinitrogen oksida yang berpotensi terhadap pemanasan global yang lebih besar daripada CO2 yang sebagian besar berasal dari kotoran ternak. Sektor itu juga menghasilkan 37 persen dari semua metana yang dihasilkan oleh manusia, metana mempunyai efek pemanasan 23 kali lebih kuat dari CO2, yang sebagian besar dihasilkan oleh sistem pencernaan hewan pemamah biak. Metana memiliki dampak sekitar 25 kali CO2. Tetapi sungguh, ketika metana sudah berada di atas sana, di atmosfer dan bereaksi, ia akan mempunyai dampak 72 kali lebih besar dari CO2 dan itu mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Selain itu peternakan juga menghasilkan 64 persen amonia yang secara signifikan menghasilkan hujan asam, Emisi amonia dari peternakan mencapai angka 90% dari seluruh tinja cair. Amonia ditemukan di area tertentu, seperti di peternakan dan juga tempat penyimpanan dan produksi pupuk organik. Amonia dan Nitrogen yang dihasilkan dapat diturunkan dengan cara mengurangi jumlah ternak, mengubah makanan ternak, dan mengurangi produksi tinja cair. Hal ini akan menguntungkan tak hanya secara ekologis tapi juga secara ekonomis.

Peternakan sekarang menggunakan 30 persen dari tanah di seluruh permukaan bumi yang pada umumnya berupa padang rumput permanen tetapi juga menempati 33 persen dari lahan subur di seluruh dunia yang digunakan untuk menghasilkan makanan ternak. Pada saat hutan dibabat untuk membuat padang rumput baru, peternakan menjadi penyebab utama penggundulan hutan. Seluruh data ini membuat kebanyakan orang memutuskan untuk tidak memakan daging alias vegetarian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar