"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Rabu, 08 Januari 2014

Vitamin D dapat mencegah alergi



Diambil dari aolhealth.com. Lawan dari penyebab gejala alergi & asma telah ditemukan, yaitu vitamin D. Penelitian terbaru dari LSU Health Sciences Center di New Orleans menemukan bahwa vitamin D dapat membantu melawan atau mencegah alergi terhadap sejenis jamur yang dapat memperburuk gejala alergi tersebut pada pasien dengan penyakit asma & Cystic Fibrosis, demikian laporan dari Science Daily.

Dr. Jay Kolls, seorang profesor & ketua pusat genetik beserta tim nya, telah meneliti tentang mengapa alergi karena jamur terjadi hanya pada beberapa pasien & faktor yang memicu terjadinya alergi bronchopulmonary aspergillosis, yaitu suatu respon alergi terhadap jamur pada pasien penderita Cystic Fibrosis.



Hasil penelitian terebut dapat dilihat secara online di the Journal of Clinical Investigation, serta berfokus pada the environmental mold Aspergillus fumigatus.

Para partisipan penelitian tersebut dibagi dalam 2 kelompok, keduanya bersinggungan dengan jamur penyebab alergi tetapi hanya 1 kelompok yang mengembangkan APBA.

Pada kelompok pasien dengan APBA mempunyai kadar vitamin D dalam aliran darah yang lebih rendah dibandingkan rata-rata, peneliti lain berpendapat hal tersebut merupakan faktor kritis terhadap reaksi alergi yang terjadi.

“ Kami menemukan bahwa dengan menambahkan vitamin D, bukan saja secara substansial mengurangi produksi dari protein yang menggerakkan reaksi alergi, tetapi juga meningkatkan produksi dari protein yang dapat meningkatkan daya tahan terhadap reaksi alergi ” demikian ucapan Dr. Kolls kepada Science Daily.

Penelitian lain juga telah mengkaitkan hubungan antara rendahnya kadar vitamin D dengan masalah kesehatan lainnya seperti penyakit jantung, diabetes, beberapa jenis kanker, depresi, flu serta gangguan pernafasan lainnya.
Selanjutnya...

Lebih Sehat dengan Tidak Minum Susu

MENGAPA SAYA PERCAYA bahwa TIDAK minum SUSU MERUPAKAN PETUNJUK UNTUK MELAWAN kanker payudara”
Saya tidak mempunyai pilihan lain kecuali mati atau menemukan obat untuk menyembuhkan diri saya sendiri. Saya seorang ilmuwan, oleh karena itu berpikir bahwa tentunya ada penjelasan yang masuk akal bagi penyakit mematikan yang menyerang satu dari 12 wanita di Inggris ini.
Saya telah merasakan penderitaan karena kehilangan satu payudara dan telah menjalani radioterapi. Sekarang saja menerima kemoterapi yang menyakitkan dan saya juga telah diperiksa oleh beberapa ahli spesialis yang paling terkemuka di negeri ini. Tetapi jauh di dalam hati saya, saya merasa yakin bahwa saya menghadapi maut. Saya mempunyai suami yang mencintai saja, rumah yang indah dan dua anak kecil yang memerlukan bimbingan saya. Saya sungguh ingin hidup.
Untunglah, keinginan hidup ini mendorong saya untuk menggali fakta-fakta, yang baru sedikit diketahui oleh sejumlah kecil ilmuwan pada waktu itu. Setiap orang yang berhubungan dengan kanker payudara akan tahu bahwa beberapa faktor resiko – seperti usia tua, mens terlalu dini, menopause terlambat dan sejarah keluarga dengan kanker payudara, sungguh-sungguh tidak dapat kita cegah. Tetapi ada banyak faktor resiko lainnya yang dapat kita kontrol dengan baik.
Faktor-faktor resiko yang ‘terkontrol’ ini dengan mudah terwujud dalam perubahan-perubahan sederhana yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita untuk mencegah atau mengobati kanker payudara.

Petunjuk pertama dalam memahami penyebab berkembangnya kanker payudara saya datang pada saat suami saya Peter, yang juga ilmuwan, pulang ke tanah air setelah bekerja di Cina, ketika saya sedang menjalani pengobatan kemoterapi.
Ia membawa kartu-kartu dan surat-surat, serta juga beberapa ramuan dari tumbuh-tumbuhan, yang diberikan oleh teman-teman dan ilmuwan-ilmuwan mitra saya di Cina.
Ramuan-ramuan itu dikirimkan kepada saya untuk menyembuhkan kanker payudara itu. Meskipun kami menghadapi keadaan yang menyedihkan pada saat itu, kami dapat tertawa lepas, dan saya ingat telah mencetuskan perkataan bahwa ramuan ini merupakan pengobatan bagi kanker payudara di Cina, dan tidak mengherankan bahwa wanita-wanita di Cina berusaha menghindar dari penyakit ini.
Kata-kata itu selalu teringat di benak saya. “Mengapa wanita-wanita di Cina tidak terkena kanker payudara?” Saya pernah bekerja sama dengan mitra-mitra Cina dalam penelitian tentang hubungan antara kimia tanah dan penyakit, dan mengingat beberapa statistik yang telah dibuat.
Penyakit ini boleh dikatakan tidak terdapat di seluruh negeri Cina.
Hanya 10.000 wanita di Cina wafat karena penyakit ini, dibandingkan dengan persentase menakutkan bahwa satu di antara 12 wanita di Inggris meninggal dunia karena penyakit ini, dan bahkan angka ini lebih mengerikan lagi menjadi rata-rata satu di antara 10 wanita di sebagian besar negara-negara Barat. Hal ini bukanlah karena Cina merupakan negeri yang lebih bersifat pedesaan, dan tidak banyak terkena polusi perkotaan.
Di daerah Hong Kong yang padat, persentase meningkat menjadi 34 di antara 10.000 wanita, namun toh masih jauh lebih sedikit daripada di Barat.
Kota-kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang juga memiliki persentase yang hampir sama dengan Cina. Padahal kedua kota ini telah diserang dengan senjata nuklir, sehingga selain kanker yang berhubungan dengan polusi, kita dapat memperkirakan adanya kasus-kasus kanker yang terkait dengan radiasi.
Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari statistik ini sungguh mengejutkan. Apabila seorang wanita Barat pindah ke kota industri Hiroshima yang terkena radiasi, resiko terkena kanker payudara ini dapat menjadi satu berbanding dua. Tentu saja hal ini tidak masuk akal. Saya merasa yakin bahwa ada sebuah faktor gaya hidup yang bukan terkait dengan polusi, urbanisasi atau lingkungan hidup yang nyata-nyata telah meningkatkan kemungkinan wanita Barat terkena kanker payudara.
Saya kemudian menemukan bahwa penyebab perbedaan besar dalam persentase kanker payudara antara negara-negara Timur dan Barat bukanlah karena faktor genetika. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa apabila orang Cina atau Jepang pindah ke Barat, dalam satu atau dua generasi persentase kanker payudara mereka mendekati persentase dari penduduk negara di mana mereka tinggal.
Hal yang sama terjadi apabila orang-orang Timur sepenuhnya meniru gaya hidup Barat di Hong Kong. Sesungguhnya, nama populer yang disebutkan orang di Cina bagi kanker payudara adalah ‘Penyakit Wanita Kaya’. Ini disebabkan bahwa di Cina, hanya orang-orang kaya yang dapat menikmati apa yang disebut sebagai ‘Makanan Hong Kong.’
Orang-orang Cina menggambarkan semua makanan Barat, termasuk semua kudapan dari es krim dan coklat sampai spaghetti dan keju, sebagai ‘Makanan Hong Kong’ karena hanya terdapat di bekas koloni Inggris dan dulu jarang ada di daratan Cina.
Jadi sungguh masuk akal bagi saya bahwa apa yang menyebabkan kanker payudara saya ini dan banyaknya penderita penyakit tersebut di negara saya hampir dipastikan berasal dari sesuatu yang berhubungan dengan gaya hidup Barat kita, dari kalangan menengah yang lebih baik. Angka ini juga besar bagi para pria di sini. Saya telah mengamati dalam penelitian saya bahwa banyak data tentang kanker prostat juga sampai pada kesimpulan yang sama.
Menurut angka dari WHO, jumlah pria yang terkena kanker prostat di Cina pedesaan hampir tidak ada, hanya 0,5 pria di antara 100.000. Namun demikian di Inggris, Skotlandia dan Wales, angka ini 70 kali lebih tinggi. Seperti kanker payudara, penyakit ini merupakan penyakit kalangan menengah dan terutama menyerang kelompok-kelompok sosial yang lebih kaya dan mempunyai kehidupan sosial-ekonomi yang lebih tinggi, yaitu mereka yang dapat menikmati makanan yang bergizi tinggi. Saya teringat berkata kepada suami saya, “Ayo Peter, kamu baru saja pulang dari Cina. Apa sih gaya hidup Cina yang sangat berbeda dengan kita?”
“Mengapa mereka tidak terkena kanker payudara?”
Kami memutuskan untuk menggunakan latar belakang ilmu kami bersama-sama dan melakukan pendekatan dengan logika. Kami memeriksa data ilmiah yang mengarahkan kami pada kandungan lemak dalam makanan. Para peneliti pada tahun 1980-an telah menemukan bahwa hanya 14% kalori di hidangan Cina terdiri atas lemak, dibandingkan dengan hampir 36% di Barat.
Tetapi makanan yang telah saya makan selama bertahun-tahun sebelum terkena kanker payudara ini sangat rendah lemak dan berserat tinggi. Selain itu, sebagai ilmuwan saya tahu bahwa asupan lemak pada orang dewasa tidak menunjukkan peningkatan resiko kanker payudara dalam sebagian besar investigasi yang telah dilakukan pada kelompok-kelompok besar wanita selama dua belas tahun.
Lalu pada suatu hari sesuatu yang agak istimewa terjadi. Peter dan saya telah bekerja sama begitu erat selama bertahun-tahun lamanya sehingga saya tidak yakin siapa di antara kami berdua yang berkata terlebih dahulu: “Orang-orang Cina tidak makan produk dari susu!”
Sulit untuk menjelaskan kepada orang yang bukan ilmuwan terjadinya ‘dentingan’ pikiran dan perasaan yang mendadak ketika menyadari bahwa pikiran kita terbuka pada sesuatu hal yang penting. Rasanya seperti ada banyak potongan gambar di dalam otak kita dan tiba-tiba, dalam beberapa detik, semua teka-teki ini terangkai dengan baik sehingga membentuk gambar yang jelas.
Tiba-tiba saya teringat kembali betapa banyak orang Cina yang tidak dapat mencernakan susu dengan baik, betapa orang-orang Cina yang bekerja dengan saya selalu berkata bahwa susu hanya untuk bayi, dan bagaimana salah seorang sahabat karib saya, yang keturunan Cina, dengan sopan selalu menolak keju pada saat jamuan malam.
Saya tahu bahwa tak ada orang Cina yang hidup secara tradisional, yang menggunakan susu sapi atau produk dari susu untuk memberi makan kepada bayinya. Dalam adat istiadat mereka, mereka menggunakan inang untuk menyusui tetapi tidak pernah produk dari susu.
Secara budaya, orang-orang Cina menganggap gaya Barat kita yang sangat menyukai susu dan produk dari susu sebagai sesuatu yang sangat aneh. Saya teringat ketika menjamu sebuah delegasi besar ilmuwan Cina tidak lama setelah berakhirnya Revolusi Budaya di Cina pada tahun 1980-an.
Atas nasihat Biro Luar Negeri, kami telah meminta kepada perusahaan jasa boga untuk menyediakan puding yang mengandung banyak es krim. Setelah menanyakan dari apa puding itu dibuat, semua ilmuwan Cina itu, termasuk interpreter, dengan sopan namun tegas menolak untuk memakannya, dan mereka tidak dapat dibujuk untuk mengubah pikiran mereka. Pada waktu itu kami semua senang dan menikmati porsi tambahan!
Saya menemukan bahwa susu adalah salah satu penyebab umum alergi makanan. Sekitar 70% penduduk dunia tidak dapat mencernakan gula susu, Laktosa, sehingga para ahli gizi berpendapat bahwa kondisi ini normal bagi orang dewasa, dan bukan merupakan sebuah Deficiency (kekurangan). Mungkin alam berusaha mengatakan kepada kita bahwa kita telah mengkonsumsi makanan yang salah.
Sebelum saya terkena kanker payudara untuk pertama kali, saya telah makan banyak produk dari susu, seperti susu tanpa lemak, keju rendah lemak dan yoghurt. Saya menggunakannya sebagai sumber protein saya yang utama. Saya juga makan daging cincang sapi yang tidak berlemak, yang sekarang baru saya sadari mungkin sering berasal dari sapi perah.
Agar dapat mengatasi kemoterapi untuk tonjolan kanker saya yang kelima ini, saya telah makan yoghurt organik agar alat-alat pencernaan saya dapat pulih kembali dan mengembalikan bakteri-bakteri ‘yang baik’ ke dalam usus saya.
Baru-baru ini, saya menemukan bahwa pada tahun 1989 yang lalu, yoghurt telah terlibat dalam kanker ovarium (indung telur). Dr. Daniel Cramer dari University of Harvard telah meneliti ratusan wanita penderita kanker indung telur dan telah mencatat dengan rinci apa yang biasa mereka makan. Coba saya tahu tentang hal ini ketika ia pertama kali menemukannya.
Mengikuti nasihat Peter dan pendapat saya tentang makanan Cina, saya memutuskan untuk tidak saja menghentikan yoghurt tetapi semua produk dari susu, saat ini juga. Keju, mentega dan yoghurt serta semua makanan yang mengandung susu saya buang ke sampah.
Betapa mengherankan bahwa begitu banyak produk termasuk sup buatan, biskuit dan kue mengandung susu. Bahkan banyak merek margarin yang dijual dengan bahan dari minyak kedelai, minyak bunga matahari atau minyak zaitun dapat mengandung produk susu.
Oleh karena itu saya kemudian membaca semua kandungan yang tercetak di label-label makanan.
Sampai saat itu, saya setia mengukur perkembangan tonjolan kanker saya yang kelima ini dengan alat pengukur dan mencatat hasilnya. Meskipun para dokter dan suster banyak memberi semangat dan berkata positif kepada saya, pengamatan saya sendiri mengungkapkan kenyataan yang pahit.
Seri kemoterapi saya yang pertama untuk tonjolan kelima ini tidak berhasil – tonjolan itu tetap sama. Kemudian saya menghapuskan produk-produk dari susu. Beberapa hari kemudian tonjolan itu mulai mengecil.
Sekitar dua minggu setelah seri kemoterapi saya yang kedua dan seminggu setelah tidak mengkonsumsi produk dari susu, tonjolan di leher saya mulai terasa gatal. Kemudian tonjolan itu melunak dan mengecil. Garis di alat pengukur, yang tadinya tidak menunjukkan perubahan, sekarang menunjuk ke bawah setelah tumor itu menjadi kecil dan mengecil lagi.
Dan secara signifikan, saya mencatat bahwa daripada menurun secara perlahan-lahan (membentuk curve yang halus) seperti biasanya terjadi pada kanker, tumor yang mengecil ini digambarkan seperti garis lurus yang menuju ke bagian bawah alat pengukur, yang menggambarkan penyembuhan, bukan pembasmian (atau pengurangan) tumor.
Pada hari Sabtu siang sekitar enam minggu setelah tidak mengkonsumsi produk-produk susu ini, saya melakukan meditasi selama sejam kemudian meraba apa yang yang masih tersisa dari tonjolan saya. Saya tidak menemukannya lagi. Padahal saya sangat berpengalaman dalam mendeteksi tonjolan kanker, karena saya menemukan kelima tonjolan kanker saja itu sendiri. Saya turun ke tingkat bawah rumah dan meminta suami saya meraba leher saya. Ia pun tidak menemukan tonjolan apapun juga.
Hari Kamis berikutnya saja harus memeriksakan diri saya pada dokter spesialis kanker saya di Cross Hospital London. Ia memeriksa saya dengan teliti, terutama leher saya di mana sebelumnya ada tumor. Tadinya ia tercengang dan kemudian gembira ketika berkata, “Saya tidak menemukannya.”
Ternyata tidak seorangpun dari dokter-dokter saya yang memperkirakan bahwa seseorang dengan jenis dan stadium kanker saya (yang jelas-jelas sudah menyebar ke sistem getah bening) dapat bertahan hidup, apalagi begitu sehat dan gembira.
Dokter spesialis saya merasa sangat bahagia seperti saya. Tadinya ketika saya membicarakan gagasan saya dengannya, ia dapat memahami tetapi bersikap skeptis. Tetapi saya tahu bahwa sekarang ia menggunakan peta yang menunjukkan persentase kanker di Cina di dalam kuliah-kuliah yang diberikannya, dan menganjurkan makanan tanpa produk susu bagi pasien-pasien penderita kanker.
Saya sekarang meyakini adanya kesamaan dalam pertalian antara produk dari susu dan kanker payudara dengan merokok dan kanker paru-paru. Saya percaya bahwa dengan mengidentifikasi pertalian antara kanker payudara dan produk susu dan kemudian mengembangkan makanan yang khusus ditujukan untuk mempertahankan kesehatan dari payudara dan sistem hormon saya, telah menyembuhkan saya.
Sangat sulit bagi saya, dan mungkin juga bagi anda, untuk menerima bahwa sebuah zat yang begitu ‘alami’ seperti susu dapat berdampak begitu mencelakakan bagi kesehatan. Tetapi saya merupakan bukti hidup bahwa hal itu benar-benar terjadi dan mulai besok saya akan mengungkapkan rahasia kegiatan saya yang mengubah semuanya ini.
Dikutip dari buku “Your Life in Your Hands” karangan Professor Jane Plant, Ph.D, CBE.
Selanjutnya...

Selasa, 07 Januari 2014

Makan Siang di Meja Kerja Resiko Penyakit

Banyak karyawan yang mengaku harus makan siang di meja kerja, karena berbagai kesibukan dan tugas yang menumpuk. Memang, cara ini bisa membantu Anda mengemat waktu. Tapi, hal ini juga bisa menurunkan kualitas makanan dan memicu makan berlebih, sehingga beresiko penyakit.

Jam makan siang adalah waktu yang tepat untuk beranjak dari meja kerja. Tapi, sering kali, Anda meremehkan hal tersebut. Padahal, kalau makan siang Anda lakukan di meja kerja akan membuat Anda tidak terlalu fokus pada makanan, karena diselingi mengirim e-mail, menjawab telepon, merapikan kertas hingga mengetik. Nah, hal ini sehingga bisa memicu Anda makan berlebih. Selain itu, makan di meja kerja akan mempersubur tumbuhnya bakteri. Ya, mungkin saja meja Anda dalam kondisi kotor, sambil makan tangan Anda juga sering menyentuh mouse dan telepon. Tapi, menghabiskan banyak waktu dengan duduk di meja kerja, membuat Anda kehilangan kesempatan untuk menggerakkan badan, padahal, berguna untuk memompa jantung agar aliran darah lebih lancar. Sehingga berisiko terkena penggumpalan darah yang bisa memicu kematian mendadak.

Sebuah lembaga survei di Inggris, ComRes baru-baru ini melakukan penelitian mengenai hubungan antara makan siang dan risiko kematian mendadak. Hasilnya, makan siang yang dilakukan di meja kerja, terbukti meningkatkan risiko Deep Vein Trombosis (DVT) yang bisa berakibat fatal.

Picu Kematian Mendadak

DVT atau penggumpalan darah di vena sering terjadi pada penerbangan jarak jauh, ketika penumpang menghabiskan waktu berjam-jam di tempat duduk. Sama halnya pada karyawan yang jarang beranjak dari meja kerja, risiko DVT juga bisa memicu kematian mendadak.

Menurut survei tersebut, 3 dari 4 orang di Inggris tidak sempat beristirahat saking sibuknya beraktivitas baik bekerja maupun bermain video games. Padahal duduk selama lebih dari 90 menit disebut-sebut bisa meningkatkan risiko DVT sebesar 50 persen.

Penelitian ini dilakukan terhadap 1.000 orang, yang sebagian adalah karyawan berusia 21 hingga 30 tahun serta penggemar video games berusia 16 hingga 21 tahun. Sebanyak 73 persen atau kurang lebih 3 dari 4 orang yang disurvei tidak sempat beranjak dari tempat duduk untuk makan siang.

Penelitian lain yang dilakukan secara terpisah oleh Dr Richard Beasley dari Medical Research Institute of New Zealand menegaskan hasil survei tersebut. Menurut penelitian Dr Beasley, makan siang di meja kerja meningkatkan risiko DVT hingga 2,2 kali lipat.

“Orang tahu gaya hidup yang kurang gerak bisa meningkatkan kegemukan dan resiko penyakit jantung di kemudian hari. Tapi jarang orang tahu bahwa duduk dalam waktu lama di tempat kerja juga memicu resiko jangka pendek,” kata Dr Beasley seperti dikutip dari Dailymail. (*)

Untuk membantu Anda menjaga kebersihan dan kesehatan makanan siang di kantor, berikut ini tips-nya :
  • Perhatikan apa yang Anda makan. Jangan sibuk mengangkat telepon dan membalas email. Karena itu, sediakan makan siang dengan memperhatikan kandungan nutrisi, termasuk serat dan protein, serat buah dan sayur.
  • Berjalanlah setiap ada waktu. Tubuh manusia di design untuk bergerak. Jadi, luangkan waktu untuk berdiri dan berjalan di sekitar meja kerja Anda.
  • Bersihkan meja kerja dengan desinfektan. Hal ini akan membebaskan meja Anda dari kuman dan bakteri. Pastikan Anda tidak menyentuh mouse, keyboard, dan telepon saat makan.
  • Setelah membersihkan dengan desinfektan, berikan perlindungan tambahan dengan menggunakan taplak atau alas meja sebagai pembatas makanan dengan kuman yang mungkin masih ada di meja.
  • Namun, makan di meja kerja jangan Anda jadikan kebiasaan . Jika membiasakan diri, Anda akan malas jalan keluar meskipun Anda mempunyai cukup banyak waktu. Akibatnya, Anda juga kehilangan kesempatan untuk berolahraga. (*)
Sumber
Selanjutnya...

Senin, 06 Januari 2014

Sinar Matahari yang Sehat adalah Siang Bukan Pagi

Media massa dan sekolah kedokteran mengajarkan kepada Anda bahwa sinar matahari di siang hari adalah tidak baik untuk kesehatan, dan berjemur yang sehat adalah di pagi atau sore hari. Tapi tahukah Anda bahwa penelitian sains holistik modern justru menyatakan hal yang beda? Sains holistik modern menyatakan bahwa sinar matahari yang baik untuk kesehatan adalah di siang hari dan justru sinar matahari di pagi dan sore harilah yang tidak baik untuk kesehatan!
Sinar matahari atau ultraviolet terbagi menjadi 3 macam, yaitu UVA (ultraviolet A), UVB (ultraviolet B), dan UVC (ultraviolet C). Tapi yang paling utama adalah UVA dan UVB. Sinar UVA dan UVC adalah jenis sinar matahari yang bisa menembus kaca dan awan tipis serta merupakan sinar penyebab mutasi sel kanker. UVB adalah jenis sinar matahari yang tidak bisa menembus kaca tapi merupakan sinar yang membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh kita walaupun membuat kulit jadi lebih gelap. UVA tidak terserap oleh lapisan ozone. UVB terserap oleh lapisan ozone tetapi tidak sampai pada permukaan Bumi. UVC terserap oleh lapisan ozone dan atmosfer.
Oleh karena itu UVB hanya bisa sampai ke Bumi jika sudut sinar matahari di atas 500 dari cakrawala, atau sekitar pukul 10.00 hingga pukul 14.00 (karena kita tinggal di sekitar khatulistiwa). Ketika sudut datang sinar matahari lebih kecil dari 50 maka lapisan ozone akan memantulkan gelombang UVB dan meneruskan gelombang UVA saja.
Padahal hanya UVB saja yang berfungsi membantu tubuh membuat vitamin D3, dan UVA hanya membuat kulit gosong atau bahkan terbakar saja. Pada siang hari, semua ultraviolet sampai ke Bumi, termasuk UVA, tetapi pada pagi hari hanya UVA saja yang terutama sampai ke permukaan Bumi sehingga manfaat sinar matahari menjadi sangat kecil dalam membentuk produksi vitamin D.

Pembunuh yang Sebenarnya adalah UVA
Dr. Dianne Godar dari Food and Drug Administration (FDA) atau BPOM-nya Amerika, telah mengadakan penelitian yang mengindikasikan bahwa UVA kemungkinan bertanggung jawab sebagai penyebab epidemi melanoma (sejenis kanker kulit). Ini lain halnya dengan UVB yang memang membuat kulit kita tambah gelap tapi justru membantu proses pembentukan vitamin D dalam tubuh kita.
UVA sanggup menembus kaca jendela, yang berarti Anda tetap terkena sinar ini ketika Anda di dalam ruangan atau di mobil. Justru UVB yang Anda butuhkan di situasi tertutup seperti ini tidak bisa menembus kaca bening apapun.
UVB dalam penelitian terlihat memilki efek melindungi kita dari melanoma. Dr. Godar mengemukakan bahwa kejadian melanoma berat lebih banyak dialami oleh pekerja di dalam ruangan, bukan di luar ruangan.
Rendahnya kadar vitamin D-lah yang meningkatkan resiko terhadap melanoma sedangkan kulit makin gelap karena terkena sinar matahari (UVB) mengurangi resiko terkena melanoma. Para pasien yang memaparkan diri sendiri ke UVB hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak.
Baik UVA maupun UVB, keduanya menyebabkan kulit jadi lebih gelap, tapi yang paling “menggelapkan” adalah UVB (sinar baik). UVA menembus lebih ke dalam lagi di bagian kulit kita ketimbang UVB dan inilah yang memungkinkan timbulnya penuaan, kerut, dan kanker kulit.

Mengapa Cukup Terpapar Sinar Matahari Dapat Mengurangi Resiko Anda Terkena Kanker
Terpapar sinar matahari yang cukup sebenarnya dapat membantu melindungi kita terhadap kanker. Dan REALITA memperlihatkan bahwa melanoma berkurang pada orang-orang yang sering terkena sinar matahari, tapi malah meningkat pada yang memakai sunscreen.
Masyarakat dan komunitas medis konvensional tidak menyadari bahwa paparan sinar matahari yang CUKUP (tidak berlebihan) membantu terbentuknya vitamin D dalam kulit dan vitamin D inilah yang mengatur modulasi genetika kulit yang melindungi kita dari abnormalitas akibat paparan sinar matahari.
Tapi tahukah Anda bahwa sinar matahari tidak hanya melindungi kita dari kanker kulit melanoma, tapi juga 16 jenis kanker lainnya, termasuk kanker pankreas, paru, payudara, rahim, prostat, dan kanker usus!
.
Jika Anda memakai Sunscreen (Tabir Surya), Anda menghilangkan Manfaat Sinar Matahari
Jika Anda selalu “sembunyi” dari sinar matahari bahkan selalu memakai sunblock atau sunscreen ketika Anda keluar di siang hari, kulit Anda tidak akan menghasilkan vitamin D dari paparan sinar matahari dan itu berarti Anda kurang perlindungan terhadap kanker.
Disamping itu, sunscreen hanya menghalangi UVB, sinar penyebab kulit gelap, sedangkan UVA (penyebab kanker tapi tidak menggelapkan kulit) tetap menembus kulit Anda. Sampai sekarang tidak ada sunscreen yang sanggup memblokir UVA dengan kadar yang tinggi.
Sinar UVA cukup konstan menyinari bumi sepanjang hari, tapi UVB yang baik untuk kesehatan kita sangat sedikit di pagi dan sore hari. Di siang harilah UVB terpancar sangat banyak.
Jadi jika Anda memutuskan untuk memakai sunscreen, pakailah yang bisa menahan UVA dan UVB tapi tidak mengandung dioxybenzone dan oxybenzone. Sedangkan bahan yang aman untuk menahan UVA dan UVB adalah titanium dioxide dan zinc oxide, yang merupakan bahan alami dan digunakan selama lebih dari 75 tahun sebagai sunscreen yang aman.
Tapi perlu diingat bahwa Anda tetap perlu terkena sinar matahari untuk beberapa saat untuk mencukupi kebutuhan vitamin D Anda.
.
Kapankah Waktu Terbaik untuk “Berjemur”?
Waktu terbaik untuk mendapatkan manfaat UVB untuk menghasilkan vitamin D adalah SESIANG MUNGKIN. Itu berarti antara jam 10 pagi sampai dengan 2 siang. Anda tidak perlu berlama-lama berjemur atau terpapar sinar matahari di jam-jam ini. Hanya perlu kira-kira 20 menit. Beberapa orang yang sensitif terkadang hanya perlu 10 menit terpapar sinar matahari. Makin gelap kulit Anda, makin lama pula Anda perlu terpapar sinar matahari.
Tapi ingat, jangan TERLALU LAMA terkena sinar matahari di siang hari, karena paparan BERLEBIH juga akan membakar kulit Anda!
Pada saat pagi dan sore hari, UVB tidak banyak terpancar sedangkan sinar “yang menguasai” di pagi dan sore hari adalah UVA, “si pembawa kanker”.
Anda kaget dengan informasi ini? Ya memang benar ini bertolak belakang dengan semua pemberitaan media massa dan medis konvensional. Tapi inilah kebenarannya.

Coba Anda perhatikan para petani dan orang-orang desa (benar-benar desa, bukan subkota). Mereka adalah orang-orang yang SERING dan SELALU terkena sinar matahari, tapi Anda lihat bahwa mereka justru adalah orang-orang dengan fisik kuat dan sehat. Kulit mereka lebih gelap dibandingkan orang kota, tapi mereka tidak menderita kanker kulit.
Ingat, REALITANYA adalah mereka SERING dan SELALU terkena sinar matahari bahkan DI SIANG HARI, bukan hanya di pagi dan sore hari!
Hati-hati terhadap uji ilmiah yang TIDAK didukung oleh realita sejarah dan fakta keseharian!
Inilah yang sering tidak kita sadari akan PERSYARATAN sains yang asli, yaitu UJI ILMIAH HARUS DIDUKUNG OLEH SEJARAH DAN FAKTA KESEHARIAN.  Seringkali komunitas medis konvensional membanggakan diri bahwa sains mereka telah didukung oleh banyak uji ilmiah. Sains mereka memang banyak uji ilmiahnya tapi sayang, LEBIH BANYAK (tidak semua) MERUPAKAN UJI ILMIAH DI LABORATORIUM, BUKANNYA DI LAPANGAN. Disamping itu, kebenaran uji ilmiah mereka kebanyakan (tidak semua) tidak didukung oleh realita sejarah dan fakta keseharian. Ingat, uji ilmiah bisa dimanipulasi dan bisa sering terjadi kesalahan karena “human error”, sedangkan realita sejarah dan fakta keseharian tidak bisa dimanipulasi!
Inilah PERBEDAAN BESAR antara sains medis konvensional dengan sains holistik modern. Untuk mempermudah Anda membandingkannya, perhatikanlah tabel perbedaan di bawah ini.
.
SAINS MEDIS KONVENSIONALSAINS HOLISTIK MODERN
Ditunjang uji ilmiah, tapi kurang ditunjang realita sejarah dan fakta keseharian.Ditunjang uji ilmiah + ditunjang banyak realita sejarah dan fakta keseharian.(Inilah yang selalu tidak diperhatikan oleh masyarakat bahwa selain uji ilmiah, seharusnya ada BUKTI NYATA dari realita sejarah dan fakta keseharian karena UJI ILMIAH BISA DIMANIPULASI, SEDANGKAN REALITA TIDAK BISA DIMANIPULASI)
Uji ilmiah lebih banyak dilakukan di dalam laboratorium.Uji ilmiah dilakukan di dalam laboratorium dan di lapangan.(Perlu Anda sadari bahwa sains sejati itu menyelidiki ALAM ASLI bukan  alam buatan, apalagi untuk kesehatan manusia. Manusia tidak tinggal di dalam laboratorium, jadi diperlukan uji ilmiah di lapangan untuk menentukan validitas kebenaran suatu ilmu kesehatan manusia. Habitat asli manusia bukan di dalam lab tapi di lingkungan bebas yang “penuh warna”).
.
Jika Anda butuh bukti jurnal medis lainnya tentang uji ilmiah holistik modern yang kontroversial ini (tapi didukung oleh realita sejarah dan fakta keseharian), silahkan Anda mencari dan menyelidikinya via internet. Akan Anda temukan banyak jurnal-jurnal medis yang melaporkan informasi kontroversial ini.

Sunblock (sunscreen, tabir surya)
Matahari telah menyinari Bumi lebih dari 4 milyar tahun. Apakah telah terjadi perubahan besar dalam 80 tahun terakhir ini sehingga sinar matahari justru menjadi begitu berbahaya dan mengakibatkan banyak bencana termasuk sinar matahari? Bukankah sejak 80 tahun terakhir ini, manusia juga makin cenderung berada di dalam ruangan ketimbang bekerja di luar ruangan? Haruskah dan tegakah kita menyalahkan matahari yang sesungguhnya begitu bermanfaat untuk kita semua? Atau, apakah karena berkurangnya lapisan ozon di lapisan stratosfer?

Pada sebuah berita, AOL News (Huffingtonpost) pada tanggal 24 Mei 2010, Andres Schneider (Senior Public Health Correspondent), di Washington, mengatakan bahwa jumlah penderita kanker kulit tidak berkaitan dengan pengurangan atau penurunan lapisan ozon di stratosfer2). Tetapi, ditemukan bahwa hampir separuh dari 500 produk sunblock (sunscreen) yang paling populer di Amerika Serikat justru meningkatkan pertumbuhan sel-sel malignant (sel-selt tumor yang berkembang secara  progresif menjadi lebih buruk sehingga dapat menyebabkan kematian)  dan menyebarkan kanker kulit3). Dari 500 produk itu, hanya ada 39 yang diperkirakan aman.

Filter ultraviolet yang digunakan pada sunblock justru dapat menimbulkan senyawa-senyawa berbahaya bagi tubuh, misalnya:

- vitamin A yang difortifikasikan ke dalam sunblock (41% sunblock yang beredar di Amerika Serikat difortifikasi dengan vitamin A) justru merupakan senyawa yang bersifat photocarcinogenic (yang meningkatkan resiko kanker bila terkena paparan sinar matahari)4,5)
- hormon oxybenzone pada sunblock (hampir 50% cairan sunblock terdiri atas oxybenzone) akan menembus kulit dan masuk ke dalam peredaran darah. Hormon ini akan mengganggu fungsi kelenjar endokrin dan merusak sel-sel tubuh (membuat kerusakan sel-sel lemak, protein dan DNA) serta dapat mengakibatkan berat badan bayi yang baru dilahirkan menjadi sangat rendah bila hormon ini masuk ke dalam tubuh sang ibu ketika masih hamil6).
- banyak sunblock yang mengandung triethanolamine, sebuah senyawa yang dapat menyebabkan kanker karena mengahsilkan nitrosamine begitu bereaksi dengan nitrit
(senyawa ini digunakan sebagai pengawet tetapi sering sekali tidak disebutkan pada label sunblock)7)
- banyak kandungan pada sunblock yang merupakan larutan kimia “serupa dengan estrogen” (“estrogen like-effects”) yang dapat mengakibatkan peningkatan resiko kanker, cacat lahir, penurunan jumlah sperma dan ukuran penis pada pria serta juga berbagai masalah kesehatan yang lain. Akibat samping “estrogen like” ini bisa serupa dengan efek yang terjadi akibat racun DDT, Diosin dan PCBs8). Larutan estrogenic ini (estrogen like) dapa meningkat hormon kewanitaan sehingga juga dapat berpengaruh pada perubahan sifat8).
dst
Penggunaan sunblock secara rutin juga meningkatkan terjadinya kanker kulit melanoma (cutaneous melanoma)9) dan padahal sunburn (gosong, kulit terbakat) itu sendiri tidak menyebabkan melanoma10).
Sunblock juga menghalangi (UVB) ultraviolet B untuk sampai ke kulit padahal hanya UVB inilah yang berfungsi mengubah turunan kolesterol dalam tubuh menjadi vitamin D3 yang bermanfaat untuk tubuh.
 Jadi, sesungguhnya dengan sunblock kita justru akan menghalangi fungsi sinar matahari sendiri untuk membantu tubuh memproduksi vitamin D yang bermanfaat.

referensi:
1) Menjadi Sehat itu Memang Sangat Mahal (5) , Sinar Matahari
2)Professor Johan Moan of the Norwegian Cancer Institute found that the yearly incidence of melanoma in Norway had increased by 350% for men and by 440% for women during the period 1957 to 1984. He also determined that there had been no change in the ozone layer over this period of time. He concludes his report in the British Journal of Cancer by stating “Ozone depletion is not the cause of the increase in skin cancers” (Moan, J. & Dahlback, A. The relationship between skin cancers, solar radiation and ozone depletion. British Journal of Cancer, Vol. 65, No. 6, June 1992, pp. 916-21).
4) http://www.ewg.org/” target=”_blank”>Environmental Working Group (EWG)
5) Nneka Leiba, MPH, research analyst, Environmental Working Group (www.ewg.org), Washington, DC.
6) Separate Study Links Sunscreen Chemical to Low Birth Weight in Baby Girls
7) Bronaugh R.L. et al., “The Effect of Cosmetic Vehichles on The Penetration of N-nitroso-diethaolamine through excised Human Skin”, J Invest Dermantol 76 (2): 94-96, 1981.
9) Journal of Oncology; “Increase Melanoma After Regular Sunscreen Use”, American Society of Clinical Oncology, 2011.
Selanjutnya...