TEMPO.CO, Amerika Serikat -Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, musim dingin 2015 merupakan yang terhangat dalam beberapa periode ini. Bahkan, Antartika pun terkena imbasnya.
Rabu pagi lalu, suhu di Kutub Utara menanjak hingga angka 0 derajat Celsius, atau berkisar di titik leleh. "Ini 10 derajat lebih tinggi dari rata-rata tahun ini," kata Brandon Miller, seorang meteorolog CNN seperti dilansir dari IFL Science, Senin, 4 Januari 2015.
Kenaikan suhu ini terjadi karena dua alasan. Pertama, adanya massa bertekanan rendah yang bergerak sepanjang Amerika Serikat hingga Eropa; dibarengi tekanan tinggi di daerah Siberia, Rusia. Dua pergerakan ini menyebabkan badai musim dingin di sekitar Atlantik, yang menyapu hawa panas dari area Selatan ke Utara.
"Jadi, hawa panas dari Afrika dan Eropa berpindah ke arah utara, dan meningkatkan suhu di kutub," kata Miller.
Kondisi ini tentu memperburuk lelehan es di Kutub Utara yang semakin meningkat akibat pemanasan global. Selama musim panas, lelehan es dalam jumlah besar memang tak terhindarkan. Namun, bila musim dingin yang biasanya menjadi momen restorasi jumlah es bagi Kutub Utara tak lagi dapat diandalkan, maka ada ancaman kumpulan es raksasa ini akan lenyap dari muka bumi.
Anomali cuaca musim dingin ini juga terjadi di Amerika dan Eropa. Suhu yang meningkat membuat mereka tak dilanda angin dingin dan salju tebal. Cuaca di area tersebut lebih mirip dengan cuaca musim semi yang cenderung sejuk, dibarengi dengan kelembaban tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar