"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Jumat, 28 November 2014

Kentut Sapi dan Global Warming, Apa Hubungannya?



Alarm tanda bahaya pada bumi telah berdering kencang. Dewasa ini banyak sekali permasalahan-permasalahan yang menimpa bumi ini, terutama masalah lingkungan. Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Pemanasan Global (Global Warming). Banyak faktor penyebab global warming, salah satunya adalah pada sektor peternakan, khususnya peternakan sapi.

Sapi termasuk hewan mamalia dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Kotoran sapi pun kini telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah mulai langka, bahkan sebagai media pembenihan cacing tanah, 
yang nantinya digunakan sebagai bahan obat.

Tapi tahukah Anda, bahwa selama ini sapi ternyata menjadi salah satu penyebab global warming?

Sejak dulu kita hanya menyalahkan CO2, CO, atau CFC sebagai biang kerok penyebab global warming, padahal ada beberapa biang keladi lain penyebab global warming, salah satunya adalah gas metana.

Gas Metana Sangat Berbahaya

Mungkin belum banyak orang yang tahu tentang gas metana. Metana adalah gas anaerobik yang dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme saat menguraikan bahan-bahan organik. Perlu diketahui bahwa gas metana mengandung emisi efek rumah kaca 23 kali lebih ganas ketimbang dengan gas CO2. Gas metana dihasilkan melalui proses yang berlangsung secara alamiah. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah gas metana selain yang tersimpan di dasar laut pada kutub bumi adalah meningkatnya populasi ternak.

Selama ini ternyata sapi merupakan salah satu hewan ternak penyumbang terbesar gas metana. Sistem pencernaan sapi yang sangat lambat menjadi alasan mengapa binatang itu menghasilkan banyak gas metana, khususnya pada kentut sapi. Gas metana memiliki potensi menghasilkan efek rumah kaca seperti halnya gas CO2,bahkan lebih ganas 23 kalinya.

Pernah dilakukan suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang berasal dari Argentina, bahwasanya didapatkan fakta kalau gas metana dari sapi menyumbang lebih dari 30% total emisi penyebab efek rumah kaca negara Argentina. Sebagai salah satu negara penghasil daging sapi terbesar di dunia, Argentina mempunyai lebih dari 55 juta ekor sapi yang merumput di daerah Pampas.

Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengkonsumsi banyak daging sapi, maka orang tersebut secara tidak langsung telah ikut menciptakan global warming. Hal ini mengindikasikan bahwa pola hidup seseorang akan mempunyai pengaruh besar terhadap keselamatan, atau bahkan kehancuran bumi sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar