"Hidup bagi saya sungguh berarti. Demikian pula kehidupan di sekeliling saya. Jika saya mengharapkan hidup saya dihormati, maka saya juga harus menghormati hidup makhluk lainnya. Namun etika di dunia Barat hanya menghormati hubungan di antara sesama manusia. Karena itu saya katakan etika Barat adalah etika yang terbatas. Yang kita perlukan adalah etika tak terbatas yang juga mencakup hubungan kita dengan binatang" (Albert Schweitzer, 1875-1965)

Jumat, 07 Agustus 2015

Berbeda Dengan Tanaman Biofuel Lain, Tebu Mendinginkan Iklim



TEMPO InteraktifPalo Alto - Daun serta batang tebu yang panjang dan langsing seperti bambu yang ditanam di Brasil ternyata dapat merefleksikan cahaya matahari kembali ke antariksa serta menurunkan temperatur di sekelilingnya. Hampir seperempat dari konsumsi bahan bakar kendaraan di Brasil berasal dari tanaman tebu. Penggunaan biofuel itu mengurangi emisi karbon dioksida yang biasa dilepaskan kendaraan berbahan bakar bensin. 

Temuan studi baru ini mengklarifikasi temuan studi pada 2008, yang menyatakan proses produksi biofuel justru melepas lebih banyak gas rumah kaca, yang menjadi pemicu pemanasan global. Dua studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science itu menyimpulkan bahwa konversi lahan untuk menanam jagung, tebu sebagai bahan baku bioetanol, atau sawit dan kedelai untuk biodiesel, melepas karbon antara 17 dan 420 kali lebih banyak jika dibanding jumlah karbon yang dihemat dari pergantian bahan bakar fosil. 

Kini para ilmuwan dari Department of Global Ecology, Carnegie Institution, di Palo Alto, Amerika Serikat, menemukan bahwa tanaman tebu mempunyai manfaat ganda. Perluasan kebun tebu di lahan yang sebelumnya ditanami tanaman pangan Brasil lainnya terbukti menyejukkan iklim lokal di sekitarnya. Tanaman itu tak hanya merefleksikan cahaya matahari kembali ke antariksa, tapi juga menurunkan temperatur udara sekitarnya ketika tebu "mengembuskan" air yang lebih dingin. 

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change itu adalah riset pertama yang mengukur efek langsung perluasan ladang tebu di lahan pertanian pangan dan padang rumput cerrado atau savana di Brasil Tengah terhadap iklim. Tim riset yang dipimpin Scott Loarie dari Carnegie Institution tersebut menggunakan data dari ratusan citra satelit yang mencakup lahan seluas 733 ribu mil persegi, sebuah kawasan yang lebih luas dibanding Negara Bagian Alaska. 

Mereka mengukur temperatur, reflektivitas, serta evapotranspirasi, atau hilangnya air dari tanah dan tanaman ketika mereka mengeluarkan uap air. "Kami menemukan bahwa pergeseran dari vegetasi alami menjadi lahan pertanian atau padang penggembalaan menghasilkan pemanasan lokal karena tanaman hanya melepaskan sedikit air yang bermanfaat," kata Loarie. "Tapi tanaman tebu yang mirip bambu jauh lebih reflektif dan memberikan jauh lebih banyak air, hampir sama dengan vegetasi alami." 

Penanaman tebu sebagai sumber bahan bakar hayati berpotensi memberikan solusi saling menguntungkan bagi iklim. "Menggunakan tebu untuk menghasilkan bahan bakar kendaraan mengurangi emisi karbon, sedangkan menanam tebu menurunkan temperatur udara setempat," ujarnya. 

Para ilmuwan menemukan bahwa konversi lahan dari vegetasi alami yang menjadi padang rumput atau tanaman pertanian rata-rata menaikkan temperatur di cerrado sebesar 1,55 derajat Celsius. Namun konversi selanjutnya yang menjadi perkebunan tebu justru menyejukkan udara di sekitarnya dengan menurunkan suhu 0,93 derajat Celsius.

Para ilmuwan menekankan bahwa efek yang menguntungkan ini hanya terlihat pada kebun tebu yang ditanam di lahan yang sebelumnya digunakan sebagai lahan pertanian atau padang rumput, bukan di daerah yang sebelumnya merupakan hutan atau vegetasi alami. 

Selama ini perdebatan tentang efek ekosistem pada iklim hanya mempersoalkan dampak emisi gas rumah kaca. "Sekarang makin jelas bahwa efek langsung iklim terhadap iklim setempat yang berasal dari penggunaan lahan cukup signifikan sehingga harus dipertimbangkan sebagai elemen inti perubahan iklim akibat kegiatan manusia," kata Gregory Asner dari Department of Global Ecology, Carnegie Institution. 

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY 


Sumber : http://tekno.tempo.co/read/news/2011/04/25/095330023/berbeda-dengan-tanaman-biofuel-lain-tebu-mendinginkan-iklim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar