Akibat pemanasan global, Tuvalu, Negara kepulauan yang dulunya dikenal sebagai Kepulauan Ellice yang terletak di antara Hawaii dan Australia di Samudra Pasifik mulai mengalami pengasinan tanah (intrusi) dan kuat dugaan pulau ini akan tenggelam. Tuvalu merupakan negara ketiga terkecil di dunia setelah Vatican City dan Nauru. Luas Tuvalu hanya 26 km persegi dan jumlah penduduk berdasarkan dataWorld Bank hanya berkisar 11.000 jiwa.
Tuvalu menjadi sorotan dunia ketika berbicara tentang bukti perubahan iklim. Dahulu, cuaca dan iklim di negara ini masih bersahabat dengan curah hujan yang teratur. Kini, dengan naiknya permukaan air laut menyebabkan tumbuhan sekitar pantai menjadi mati, seperti pohon kelapa yang merupakan tumpuan ekonomi negara ini. Disamping itu, permasalahan yang paling mendasar adalah kebutuhan masyarakat setempat terhadap ketersediaan air minum yang kini mengasin. Kebanyakan sumur bawah tanah kini tidak digunakan lagi karena air tanah menjadi asin.
Savilivili , salah satu dari delapan pulau di negara telah tenggelam pada tahun 1997. Hal yang sama mengancam Tuvalu secara keseluruhan. Negara ini akan tenggelam secara keseluruhan. Pasalnya, titik tertinggi wilayah ini hanya setinggi 4.5 meter (15 kaki). Pada wilayah ini, air laut naik sekitar 40 cm setiap tahunnya, jika hal yang demikian terus terjadi, maka dalam seratus tahun lagi Tuvalu akan hilang dari permukaan bumi. Bahkan jika air laut naik dua kali lipat atau sekitar 80 cm setiap tahunnya, maka Tuvalu diprediksi akan hilang pada tahun 2060.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar